1. Penilaian dalam Kelas
Tugas dasar guru yang begitu sulit dalam bekerja, yaitu
penilaian-penilaian dalam kelas dengan melibatkan semua proses alat yang
digunakan guru dalam mengambil keputusan tentang kemajuan siswanya. Termasuk
pengamatan terhadap pekerjaan rumah siswa dan pekerjaan di sekolah, respons
siswa dalam menjawab pertanyaan dan hasil tes yang dibuat oleh guru. Selain
itu, termasuk juga penilaian yang autentik seperti memperbaiki mesin pada siswa
otomotif, mengajarkan kembali topik kepada siswa, dan menyediakan bahan
pelajaran.
1.1 Fungsi Penilaian dalam Kelas
Penilaian dalam kelas berfungsi untuk mengumpulkan
informasi dan membuat keputusan tentang kemajuan belajar, termasuk meningkatkan
motivasi belajar.
Belajar dan penilaian memiliki hubungan yang erat. Siswa
belajar lebih banyak dalam kelas di mana penilaian adalah bagian integral
pengajaran daripada tanpa penilaian. Singkatnya, frekuensi penilaian adalah
lebih efektif daripada lamanya. Lain halnya antara tes dan motivasi. Hubungannya
kontroversional sebab idealnya, siswa seharusnya termotivasi untuk belajar dari
keinginannya sendiri.
1.2 Pengukuran dan Evaluasi
Dua proses yang fundamental yang terdapat dalam penilaian,
yaitu: (a) Pengukuran, yang termasuk semuanya informasi yang dikumpulkan oleh
guru sebagai bagian dari proses penilaian. (b) Evaluasi, mengacu kepada
keputusan yang diambil oleh guru dalam dasar pengukuran.
1.2.1
Pengukuran Formal dan Informal
Pengukuran formal yaitu proses pengumpulan informasi secara
sadar, sedangkan pengukuran nonformal yaitu pengukuran yang diambil incidental
(tidak sengaja) seperti mendengar komentar dan jawaban siswa. Tes dan kuis
merupakan pengukuran formal, seperti pengamatan guru dalam mengamati banyaknya sit-ups yang siswa dapat lakukan.
1.2.2
Kebutuhan akan Penilaian yang Sistematis
Pengukuran yang tidak formal sangat penting dalam membantu
guru membuat keputusan jadwal yang diperlukan tiap kelas. Kathi menggunakannya dalam membantu membuat keputusan kapan
berhenti dudu, bekerja, dan kapan waktunya memberi tes.
Pengukuran tidak formal mempunyai umpan balik penting,
sebab guru tidak mendapatkan informasi sama dari setiap siswa. Mereka tidak
tahu tentang kemajuan tiap siswa tanpa sadar guru terkadang membuat keputusan
penting dengan dasar pengukuran tidak formal. Siswa yang siap menjawab dan
mempunyai personalitas sering diberi nilai lebih daripada mereka yang kurang.
Lebih lanjut, siswa yang secara fisik lebih menarik dari apa yang dianggap
lebih oleh gurunya.
Penilaian sistematis secara khusus penting pada tingkatan
di bawah “menengah” di mana guru sering mengandalkan penilaian pada penampilan,
seperti tulisan tangan, identifikasi verbal pada tulisan angka untuk membuat
keputusan.
1.3 Validitas: Membuat Keputusan
tentang Evaluasi yang Tepat
Validitas maksudnya bahwa penilaian mengukur apa yang
semestinya diukur termasuk “kecakapan dan ketepatan interpretasi yang dibuat
dari penilaian dengan hal-hal yang lebih khusus. Validitas menggambarkan
hubungan antara informasi yang dikumpulkan dan keputusan yang dibuat dari
informasi. Konsep validitas adalah jantung dari kontroversial dalam penilaian.
1.4 Reliabilitas: Kemantapan
dalam Pengukuran
Reliabilitas menggambarkan keadaan di mana pengukuran itu
konsisten. Contohnya, skala kamar mandi yang bisa lebih panjang. Anda terganggu
oleh orang yang tidak percaya sebab kamu tidak mengharapkan mereka mengikuti
seluruh apa yang mereka setujui. Pengaruh dari penskoran terhadap ketepercayaan
digambarkan pada esai yang tidak tepercaya. Pengukuran informal sering tidak tepercaya.
Contoh, tidak semua siswa merespons pertanyaan yang sama.
2. Penilaian Tradisional
2.1 Pola Penilaian Guru
Pola penilaian guru sebagai berikut:
- Mengukur
penampilan
|
Guru Mengandalkan
contoh pekerjaan siswa, misalnya kemampuan membentuk angka, menulis surat),
mengevaluasi belajar siswa
|
- Pengukuran
informal
|
Pengukuran yang
dilakukan secara informal. Guru terkadang memberi latar belakang dan sosial
karakteristik yang lebih pada pendekatan kemampuan.
|
- Tes komersial
dipersiapkan
|
Ketika mereka
mengerjakan tugas, guru sangat tergantung pada tes yang dipersiapkan dan
diterbitkan secara komersial.
|
- Penekanan pada
tujuan efektif
|
Guru menekankan
tujuan, seperti kerja sama dengan yang lain.
|
2.2 Membuat Pola-pola Item yang
Valid
Soal adalah valid, jika siswa mengerti jawaban soal dengan
benar dan jika tidak mengerti akan salah. Sebagai contoh, jika engkau memberi
soal pilihan ganda. dengan jawaban "A" yang benar dan jika banyak memilih
"C" soal menunjukkan kesalahpahaman atau kesulitan ide. Satu cara
yang akan ditanyakan adalah mendiskusikan soal dengan teman kelas dan
menentukan mengapa banyak orang memilih jawaban yang salah.
2.2.1
Soal-soal Pilihan Ganda
Soal pilihan ganda merupakan model soal yang paling efektif
dalam menyiapkan validitas dan reliabilitas soal pada tingkat pemikiran yang
berbeda. Gronlund (1993) menyarankan supaya guru menulis soal pilihan ganda
kemudian mengganti ke format lain. Adapun petunjuk untuk penerapan soal pilihan
ganda, yaitu:
a.
Hadirkan satu masalah yang jelas
dalam rangkaian soal.
b.
Buat semua pengecoh yang masuk
akal dan menarik.
c.
Letak jawaban yang benar harus diacak.
d.
Hindari persamaan kata dalam satu
rangkaian dan pilihan yang tepat.
e.
Hindari jawaban benar dari segi
teknis daripada pengecoh.
f.
Jaga jawaban benar dan pengecoh
memiliki panjang yang sama, jawaban yang lebih panjang/pendek seharusnya
digunakan sebagai pilihan salah.
g.
Hindari istilah selalu, tidak
pernah, pada pilihan salah.
h.
Biarkan pengecoh tetap sesuai
dengan tata bahasa.
i.
Hindari, dua pengecoh yang sama
makna.
j.
Tekankan kata bermakna negatif
dengan menggarisbawahi jika digunakan.
2.2.2
Soal-soal Benar Salah
Pedoman mempersiapkan soal-soal benar-salah sebagai
berikut:
a.
Bilamana menggunakan format
menulis ramping, lebih banyak pernyataan salah daripada apa yang benar atau
sebaliknya, dan siswa cenderung menandai jawaban yang ia tidak yakini sebagai
jawaban yang salah.
b.
Membuat masing-masing soal yang
merupakan suatu pernyataan yang jelas.
c.
Menghindari petunjuk-petunjuk yang
dapat memberi tahu siswa untuk menjawab dengan benar tanpa pengertian yang
penuh atas isi pertanyaan,
2.2.3
Soal Menjodohkan
Format soal menjodohkan adalah suatu variasi-variasi pada
pertanyaan-pertanyaan pilihan ganda dan merupakan hal yang efektif, ketika
pilihan lama digunakan dalam item soal yang seri.
Contoh:
Pemahaman seperti bola lampu menyala dalam kepala adalah
...
a.
simile
b.
metafora
c.
hiperbola
d.
personifikasi
2.2.4
Soal-soal Melengkapi
Soal-soal melengkapi mencakup suatu pertanyaan atau pernyataan
yang tidak lengkap, sehingga menuntut siswa untuk menyiapkan kata-kata,
angka-angka atau simbol-simbol yang tepat.
2.2.5
Soal Essay
Sering kali dibutuhkan kemampuan untuk mengatur ide, kemampuan
untuk membuat dan mempertahankan suatu
argumen. Menerapkan soal essay juga membutuhkan sebuah format atau pedoman
untuk mempersiapkan dan menentukan skor soal-soal tersebut.
2.3 Membuat Persiapan Tes Komersial
Banyak guru bergantung pada tes dalam buku, buku panduan
guru: dan materi kurikulum lain yang disiapkan. Meskipun menggambarkan tes ini
jelas menghemat waktu, mereka harus berhati-hati dengan alasan: tujuan,
penekanan, dan kualitas.
3. Penilaian Autentik/Nyata
3.1
Penilaian Prestasi
Seorang guru melihat siswanya sulit menerapkan ilmu dalam
kegiatan sehari-hari. Dalam usahanya meningkatkan kemampuan siswa, harus memfokuskan
pada masalah sehari-hari. Umpamanya menyuruh siswa untuk memecahkan masalah
sehari-hari secara berkelompok.
3.1.1
Mendesain Penilaian Prestasi
Ada empat langkah dalam mendesain penilaian dalam kelas,
yaitu:
a.
Menspesifikkan hasil yang
diinginkan.
b.
Memilih fokus evaluasi.
c.
Menentukan tingkat ketepatan dari
kenyataan.
d.
Memilih prosedur evaluasi.
3.1.2
Metode Evaluasi dengan Penilaian Prestasi
Model evaluasi yang digunakan pada penilaian performance
terbagi atas tiga, yaitu:
a.
Pengamatan sistematis
b.
Cheklist
c.
Skala penilaian
3.2
Penilaian Portofolio: Melibatkan Pembelajar dalam Penilaian Autentik
Portofolio merupakan bentuk penilaian alternatif yang
mempunyai keuntungan tambahan untuk melibatkan siswa dalam mendesain,
mengoleksi, dan mengevaluasi produk belajar. Portofolio adalah koleksi karya
yang ditinjau dari kriteria preset untuk menilai seorang siswa atau program.
Portofolio bukanlah merupakan penilaian, melainkan ia merupakan koleksi produk
siswa yang berbeda-beda, seperti entri jurnal, essei, karya seni, dan
videotapes.
Perbedaan antara portofolio dengan penilaian, yaitu:
portofolio merupakan sampel pekerjaan siswa dalam waktu tertentu yang
mencerminkan adanya perubahan perkembangan. Selain itu, portofolio melibatkan siswa
dalam membuat desain, koleksi, dan evaluasi.
Penilaian di kelas mempunyai beberapa kriteria, antara
lain:
a.
Pastikan bahwa tes dan tujuan guru
adalah sebangun.
b.
Tulislah setiap seal tes setelah
penyajian materi.
c.
Guru menganalisis soal yang telah
dibuat untuk memastikan pengukuran hasil belajar.
d.
Tentukan skor untuk tiap-tiap item
seal essei,
e.
Gunakan item seal yang telah
disiapkan dengan hati-hati.
f.
Gunakan penilaian, alternatif untuk
menambah validitas.
4. Praktek Penilaian yang Efektif
Ada empat proses dalam penilaian yang efektif keempat
proses tersebut diuraikan berikut ini.
4.1
Mendesain Penilaian
Tugas pertama yaitu memastikan antara tujuan dan
pengajaran. Meskipun tampak jelas, banyak guru yang gagal karena yang secara
khusus dipersiapkan terkadang setelah pengajaran baru dilengkapi. Satu topik
diberikan sedikit penekanan dalam kelas yang mempunyai beberapa seal yang
berhubungan dengan topik itu, di mana yang lain diberi penekanan yang lebih
kuat, mencakup dari keseluruhan tes itu. Topik tes seal dihubungkan dengan
topik pada tingkat pengetahuan.
4.2
Mempersiapkan Penilaian untuk Siswa
Dalam menyiapkan tes. untuk siswa, guru mempunyai tujuan jangka
panjang dan jangka pendek. Tujuan jangka panjang yaitu guru ingin agar siswa
memahami prosedur tes dan strategi dan mengerti tes dengan keraguan seminimum
mungkin. Tujuan jangka pendek, yaitu mereka ingin agar siswa mengerti formal
isi tes.
4.2.1
Pengajaran Strategi Tes
Pengajaran strategi ini merupakan usaha jangka panjang
untuk meningkatkan penampilan siswa dalam situasi tes, seperti halnya:
a.
bangunan waktu secara efisien
b.
membaca petunjuk soal
c.
mengidentifikasi informasi penting
dalam pertanyaan
d.
memahami karakteristik jenis-jenis
tes.
4.2.2
Mengurangi Kekhawatiran Soal Tes
Kekhawatiran tes merupakan relatif stabil, reaksi yang tak
menyenangkan terhadap situasi tes yang membuat penampilan yang kurang baik.
5. Menilai dan Melaporkan:
Sistem Penilaian Total
5.1
Merancang Suatu Sistem Penilaian
Merancang suatu sistem penilaian adalah tugas penting bagi
seseorang guru. Format dalam sistem ini akan mempengaruhi antara cara belajar
siswa dan kerja guru. Beberapa panduan akan membantu Anda dalam proses, yaitu:
a.
Sistem Anda mesti konsisten pada
sekolah dengan kebijakan wilayah.
b.
Sistem Anda seharusnya di desain
untuk mengumpulkan informasi sistematis dari tiap-tiap siswa.
c.
Dalam banyak situasi pekerjaan
rumah seharusnya bagian integral dari sistem penilaian.
d.
Anda harus mampu mempertahankan sistem
yang Anda buat kepada orang tua atau administrasi jika perlu.
5.1.1
Evaluasi Formatif dan Sumatif
Cara guru menggunakan kuis dan tes mempengaruhi cara
belajar, meskipun guru secara khusus memikirkan pemberian kuis dan tes untuk
menilai, mereka dapat diberi umpan balik antarguru dan siswa tentang kemajuan
belajar. Satu fungsi yang lebih penting, yaitu mereka, diberi skor lalu
didiskusikan melalui beberapa kuis atau tes.
5.1.2
Norma Referensi dan Kriteria Evaluasi Referensi
Referensi dan Evaluasi kriteria referensi adalah dua cara
memberi tugas untuk diukur. Norma referensi maksudnya, keputusan tentang penampilan
siswa berdasarkan perbandingan dengan temannya. Sedangkan kriteria referensi
maksudnya bahwa satu keputusan dibuat sesuai dengan standar yang ditetapkan
sebelumnya.
5.1.3
Tes dan Kuis
Bagi guru, tes dan kuis adalah dua bentuk dasar dari sistem
penilaian. Beberapa guru menambah tes dan kuis bersama dan menambahnya ke dalam
seluruh nilai. Penilaian yang lain berbeda dalam memberi nilai pada tugas.
Kedua metode itu adalah tepat, bergantung tujuan guru.
5.1.4
Penilaian Alternatif
Jika Anda menggunakan penilaian alternatif, harus
dicantumkan dalam sistem penilaian. Berkomunikasilah bahwa penilaian alternatif
kurang penting daripada penilaian tradisional yang sedang digunakan. Jika Anda
menilai siswa berdasarkan kriteria yang ditetapkan dengan baik, penskoran mempunyai
realibilitas yang dapat diterima dan penilaian alternatif dapat digunakan dalam
cara yang sama seperti tes dan kuis.
5.1.5
Pekerjaan Rumah
Strategi terbaik adalah hasil dari pekerjaan siswa yang
paling konsisten dan usaha mengerjakan pekerjaan rumahnya dengan teliti tanpa
merugikan Anda dalam banyak waktu.
5.2
Memberi Tingkatan-tingkatan: Meningkatkan Belajar dan Motivasi
Setelah keputusan tentang tes, kuis, penilaian alternatif,
dan pekerjaan rumah, maka guru harus melihat perkembangan-perkembangannya dalam
banyak hal. Proses ini jelas ada yang baik ada juga yang cacat. Jika dia cacat,
guru harus mengetahui penyebabnya. Jika dia baik guru harus menyiapkan strategi
untuk meningkatkan tes dan juga motivasi.
Dengan berbagai aspek pengajaran, pilihan bergantung Anda.
Satu sisi sistem persentase adalah cukup jika tugas sama ukurannya. Tes juga
sama panjangnya, tes yang diberikan lebih berat daripada kuis dan tugas. Di
sisi lain, sistem poin dapat berjalan jika siswa tetap mengikuti seluruh poin
mereka dan kemudian mengomunikasikan nilai yang mereka dapat pada periode
penilaian. Untuk lebih efektif dalam belajar, siswa harus paham sistem
penilaian. Di sisi lain, jika mereka
jarang diberi kuis dan pekerjaan rumahnya diskors dan dikembalikan
secepatnya. Bahkan, siswa belajar memahami hubungan antara usaha dan nilai.
5.3 Poin Mentah atau
Persentase
Dalam memberi skor pada tugas, kuis, atau tes, guru
mempunyai dua pilihan, yaitu dalam sistem persentase mereka mengubah tiap-tiap
skor ke dalam persentase, kemudian merata-ratakan persentase itu sebagai kemajuan
penilaian. Sistem yang lain, mereka mengumpulkan nilai mentah dan mengubah pada
persentasenya hanya pada akhir periode.
UJIAN
STANDAR
Penetapan ujian standar merupakan
alat-alat penilaian yang telah diberikan terhadap murid-murid dalam sampel yang
jumlahnya besar (jumlah yang banyak dalam negara luas). Terhadap kondisi yang
sama dan prosedur-prosedur yang sama dalam menjawab beberapa pertanyaan.
Penilaian dibuat berdasarkan pada ujian standar yang disetarakan dengan
nilai-nilai sebuah norma dalam kelompok, orang-orang yang usia mereka mirip,
tingkatan level (tingkatan kelas), dan latar belakang yang telah mengikuti
ujian secara bersamaan.
Pengaruh terhadap ujian standar sangat
besar, secara fakta terlihat di negara-negara industri; seperti Jepang dan
Jerman di mana penilaian lebih tinggi daripada murid-murid US dalam mengikuti
beberapa ujian mereka.
UJIAN
STANDAR
Ujian standar biasa digunakan untuk membandingkan perilaku
atau prestasi murid-murid di sekolah-sekolah dalam status berbeda wilayah,
negara dan bangsa. Kebanyakan guru-guru percaya pada ujian standar adalah
penekanan yang berlebihan dalam sebuah keseimbangan kurikulum (perencanaan
pengajaran). Sekolah yang sangat efektif. (Herma, Abadi dan Collan, 1994. Urdan
dan Paris 1991). Penggunaan standarisasi ujian sebagai berikut:
1.
Fungsi ujian standar
Ujian standar mempunyai beberapa fungsi
Ø Penilaian murid; ujian standar yang memberikan suatu arti perbandingan
dengan penilaian yang telah dibuat oleh guru-guru dan ukuran-ukuran lain yang
telah dibuat oleh guru dari perilaku di dalam kelas dan guru juga dapat
membantu dalam memberikan gambaran tentang suatu kemajuan (progress siswa).
Ø Diagnosis; ujian standar digunakan untuk mendiagnosa suatu kekuatan dan
kelemahan murid-murid.
Ø Seleksi dari penempatan; program-program dalam menyeleksi siswa
dibatasi, karena hasil dari ujian standar memainkan peranan penting dalam menentukan
apakah dia diterima alto tidak, dengan satu pilihannya terhadap satu
perkumpulan (sekolah).
Ø Pemberian program evaluasi; menyesuaikan program evaluasi dengan
perkembangan pebelajar, dengan tingkat ilmu pengetahuan mereka dan juga
berdasarkan perkembangan ilmu pengetahuan mereka.
Ø Akuntabilitas dari hasil-hasil ujian dapat membantu untuk menjawab
pertanyaan ini. Guru di sekolah memegang peranan penting dalam mempertanggungjawabkan
pebelajar.
2.
Jenis-jenis Ujian Standar
Jenis-jenis tes baku
- Tes Achievement (prestasi), didesain untuk mengukur dan mengetahui kemampuan siswa dalam bidang yang berbeda. Umumnya tes ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan membaca dan matematika pada siswa. Adapun tujuan tes ini adalah untuk:
1)
Mengetahui seberapa baik kemampuan
siswa pada bidang yang diujikan
2)
Membandingkan hasil siswa secara
lintas daerah atau negara
3)
Menelusuri kemajuan siswa secara over time.
4)
Mengetahui apakah siswa memiliki
latar belakang pengetahuan yang cukup untuk memulai pengajaran pada bidang yang
sudah ditetapkan.
5)
Mengidentifikasi masalah dalam pembelajaran.
- Tes Diagnostic (yang bersifat diagnosa), didesain untuk mendapatkan deskripsi detail mengenai kekuatan dan kelemahan siswa dalam bidang keterampilan khusus. Tes ini biasanya dilakukan secara individu, dengan item dan subtes yang lebih banyak serta laporan skor yang lebih spesifik jika dibandingkan dengan tes achievement.
- Tes Intelligence (Intelegensi), didesain untuk mengukur kemampuan siswa dalam kapasitasnya untuk memperoleh pengetahuan, berpikir abstrak dan memecahkan masalah.
- Tes Aptitude (bakat), didesain untuk memprediksi potensi pembelajaran serta mengukur kernampuan umum yang ada dan berkembang dari diri siswa.
Beberapa tujuan prestasi ujian standar:
Ø Menentukan bagaimana murid dapat menguasai sebuah bidang artikel.
Ø Membandingkan atau menyetarakan perilaku murid.
Ø Mengikuti kemajuan murrid-murid yang giat berusaha,
Ø Menentukan apakah murid mempunyai latar belakang ilmu pengetahuan
Ø untuk memulai pelajaran dalam bidang khusus.
Ø Mengidentifikasi atau memperkenalkan program-program belajar.
3.
Evaluasi Ujian Standar:
Tinjauan Ulang Validitas
Untuk tes-tes yang dibuat guru, validitas dipengaruhi oleh
jenis assessment guru dan cara guru
tersebut menggunakannya.
Dalam standardized
test, validitas menjadi agak berbeda karena tesnya bersifat "siap
pakai", guru dituntut untuk pandai mencocokkan tes baku yang akan diujikan
agar connect dengan tujuan khusus
yang ingin dicapai dalam pembelajaran. Validitas terletak pada ketepatan penggunaan
tes, bukan pada tes itu sendiri.
Para ahli menggolongkan validitas ke dalam tiga jenis, di mana
tiap-tiap jenisnya memperlihatkan perbedaan perspektif mengenai persoalan ketepatan
penggunaan test.
Ø Validitas content ditentukan oleh
kesamaan antara apa antara apa yang diajarkan dengan apa yang diujikan.
Ø Validitas Predictive (prediksi), ditentukan oleh kemampuan tes sebagai indicator dalam mengukur performance
siswa di masa akan datang.
Ø Validitas construct, ditentukan oleh kemampuan suatu
tes dalam menjadi indikator hubungan antara tes itu sendiri dan untuk mengukur
apa tes itu dibaca.
PENGERTIAN
PENAFSIRAN NILAI UJIAN STANDAR
Dalam menafsirkan nilai ujian standar digunakan statistika
untuk menyimpulkan informasi ujian.
1.
Deskripsi Statistik
Statistik deskriptif bagian dari
statistik yang membahas tentang penyusunan data dalam daftar (tabel) dan grafik
(diagram).
Ø Distribusi frekuensi, cara untuk menyimpulkan data ujian yang
sederhana, menghitung angka dari masing-masing murid atau nilai yang telah
dicapai.
Ø Ukuran Tendensi Sentral, adalah ukuran pemusatan yang membahas Mean,
Median dan Modus.
Ø Ukuran variabel, ukuran penyebaran yang membahas jangkauan, dan
simpangan baku.
Ø Distribusi normal, distribusi nilai yang terdapat dalam ukuran pemusatan
yang mempunyai nilai yang sama dan masing-masing nilai didistribusikan dalam
kurva aau “bell shaped”
2.
Interpretasi Ujian Standar
Tujuannya adalah untuk membandingkan atau menyetarakan individu
dari masing-masing murid yang lain atau dari sekeliling wilayah, bangsa atau bangsa
dan bahkan dunia. Menentukan perbandingan digunakan:
Ø Persentil, adalah sebuah rangking yang membandingkan dari masing-masing
individu dengan semua nilai ujian yang lain.
Ø Raw Score (nilai. kasar) yaitu nilai sederhana dari soal-soal yang
telah dijawab oleh individu.
Ø Stanine (standar nines) adalah menggambarkan tentang sebuah jarak
nilai.
Ø Tingkat equivalent. Adalah membandingkan nilai-nilai individu dengan
keterangan kelompok, usia.
Ø Nilai-nilai standar adalah mengungkapkan hasil ujian dalam unit standar
deviasi (Ground dan Linn, 1995).
UKURAN
STANDARISASI KESALAHAN (ERROR)
Di dalam memberikan ujian yang berulang-ulang dan sama,
untuk menafsirkan sebuah nilai kebenaran digunakan ukuran standarisasi error,
yang mana menggambarkan jarak suatu nilai dari sebuah nilai kebenaran yang telah
mengalami penurunan jarak yang kadang-kadang disebut interval kepercayaan.
INFORMASI DALAM
UJIAN STANDARISASI
1.
Pergerakan Tanggung jawab : Peranan Guru dan
responsi murid dalam belajar.
Mempertanggungjawabkan merupakan sebuah tenaga penggerak di
dalam mengembangkan standarisasi ujian.
Pengujian kompetensi minimum, yang mana tamatan sekolah
telah mendapat izin masuk dalam program untuk menentukan nilai yang telah lulus
dalam ujian.
Program-program kompetensi mempunyai karakteristik sebagai
berikut
Ø Pemberian angka pada semua murid yang membutuhkan dalam mengikuti
ujian.
Ø Suatu standarisasi yang dapat diterima dalam tingkatan-tingkatan
prestasi yang telah dikembangkan.
Ø Hasil ujian digunakan untuk memutuskan masalah yang menyangkut tamatan
dan promosi.
2.
Format Alternatif terhadap Ujian Standar
Kritik-kritik dapat memutuskan apabila format penilaian dan
prosedur dapat memberikan satu indikasi, indikasi dimensi dari apa yang
dilakukan murid pada poin akhir suatu kegiatan belajar. Kritik yang merupakan
penilaian otentik dalam mengukur kemampuan murid dalam menggunakan intonasi
(Wothen, 1993). Memperkenalkan tiga informasi tentang penilaian alternatif
Ø Tujuan dan kriteria yang harus dituju terhadap suatu kebenaran yang
telah ditetapkan sebelumnya. Penilaian menunjukkan bahwa penilaian alternatif tidak
dapat diubah (3axter and Shavelson, 1992; Madaus dan Tan, 1993).
Ø Logistik; mengatur penilaian alternatif.
Ø Kebenaran; penilaian alternatif harus subyektif dan mudah terhadap
kebenaran mereka.
DIVERSITI SISWA DAN
ANEKA RAGAM PENGUJIAN UJIAN-UJIAN STANDAR
Alternatif ujian.
Alternatif kecerdasan ujian telah dikembangkan dalam upaya
menyediakan ujian-ujian yang lebih luas. (3ambaran mengungkapkan kecerdasan
ujian sebagai berikut:
Ø Skala-skala non-verbal memperkecil pengaruh bahasa.
Ø Menyesuaikan soal untuk memperbesar skala-skala IQ tradisional.
Ø Memfokuskan aspek medikal mempengaruhi fungsi kecerdasan.
Ø Menggunakan norma-norma yang sebanding dengan murid-murid seperti etnik
dan latar belakang sosial ekonomi.
KAUFMANN ASSESMENT
BATTERY FOR CHILDREN (KABC)
KABC merupakan deretan penilaian yang disusun oleh Kaufmann
(KAVC, Kaufman & Kaufman 1992) dan KABC adalah usaha lain untuk
mengumpulkan informasi untuk menilai penempatan individu yang diatur, pengujian
ketangkasan ujian dan prestasi anak-anak antara usia 2 dan 12 tahun.
PENDEKATAN
KLINIK
Pendekatan klinik untuk penilaian dalam mengembangkan
hasil-hasil standarisasi ujian dengan sumber data lain seperti : tingkatan
(kelas), sampel-sampel kerja murid atau input dari guru-guru dan orang tua
(Anatasi, 1998).
YANG
BERHUBUNGAN DENGAN KELAS
Kapitalisasi terhadap keanekaragaman di ruangan kelas:
1.
Untuk menjadi lebih sensitif
terhadap keanekaragaman berdasarkan penilaian yang efektif.
2.
Mengadaptasi pengujian prosedur
dengan maksud memberikan kesempatan kepada murid-murid dengan memberitahukan
harapan yang positif untuk semua murid dan secara hati-hati memonitor mereka
agar menjadi yakin dalam memahami kebutuhan murid-murid.
KESIMPULAN
1.
Ujian standar dapat digunakan untuk
menilai kemajuan akademik murid, kelemahan dan kekuatan diagnosis yang dapat
disesuaikan dengan program pengajaran. Ujian ini dapat juga digunakan dalam
menyediakan informasi untuk memperbaiki program evaluasi.
2.
Nilai-nilai ujian standar
diinterpretasikan dengan menggunakan statistik untuk membandingkan suatu
prestasi perorangan dengan prestasi kelompok atau beberapa kritikan, persentil,
stanine, dan tingkat equivalent untuk membandingkan nilai murid-murid dalam
sebuah kelompok.
Akuntabilitas dan testing kompetensi minimum
dapat meningkatkan penggunaan test baku dalam rangka penentuan kebijakan
pendidikan maupun pengambilan keputusan secara individual.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar