Sabtu, 07 April 2012

TEORI DRAMA


DRAMA


            Kata drama berasal dari bahasa yunani. Di dalam bahasa Indonesia berarti “gerak”. Dengan demikian dikatakan bahwa drama adalah bentuk seni yang berusaha mengungkapkan perihal kehidupan manusia melalui  gerak atau action dan percakapan atau dialog.
          Drama sering disebut sandiwara, lakon, dan tonil. Sandiwara berasal dari kata sandi yang berarti tersamar atau rahasia. Warah berarti nasihat atau ajaran. Jadi, sandiwara diartikan pendidikan secara tersamar.
          Sandiwara diciptakan untuk mengganti kata tonil dalam bahasa Belanda. Lakon berasal dari bahasa Jawa yang artinya cerita atau kisah. Tonil terkenal pada masa penjajahan Belanda, sedangkan sandiwara terkenal pada masa Jepang.Drama berasal dari kata dramoi dalam bahasa Yunani yang berarti menirukan. Sedangkan istilah teater berasal dari kata teatron, dalam bahasa Yunani artinya pusat upacara persembahan yang terletak di tengah-tengah arena atau lapangan, tempat menyembah dewa dyonesos atau dewa penghancur, dan dewa Apollo atau dewa kesuburan. Di dalam menyembah dewa kesuburan, orang berpesta ria dan gembira yang disebut komedi. Sedangkan untuk menyembah dewa penghancur disembah dengan menyembelih domba yang disebut tragos. Dari kisah persembahan tragos itulah maka lahirlah istilah (tragedy) yaitu kisah yang menyedihkan. Lain halnya dengan komedi yang kini diartikan dengan sesuatu yang menggembirakan.
          Di dalam drama dikenal istilah mimic, pantomimic, dan blocking. Mimik adalah gerak raut muka atau gerak wajah. Pantomimic adalah gerak anggota tubuh misalnya gerak tangan, kaki, dsb. Sedangkan yang dimaksud dengan blocking adalah posisi aktor di atas panggung atau pentas. Gerak di dalam drama harus ditampilkan secara efektif dan selektif, jangan sampai terjadi gerak yang berlebihan yang disebut over acting.

1. UNSUR DRAMA
          Jakob sumarjo membagi unsur drama kedalam 8 bagian yaitu:
          a). Tema
          b).  Plot
          c).  Setting
          d). Karakter
          e). Dialog
          f). Pembagian waktu
          g). Efek
          h). Retorika
Unsur di atas mempunyai persamaan yang ada di dalam fiksi, tetapi ada yang ada di dalam drama,  tidak ada di dalam fiksi.

2.  Tata busana (kostum) dan tata rias (mike up)
          Memperkuat kesan dan watak yang ditampilkan oleh seorang aktor. Tata busana adalah segala pakaian dan perlengkapan oleh seorang aktor di atas pentas. Sedangkan tata rias adalah upaya untuk mengubah fisik manusia sesuai dengan tuntutan naskah.
Fungsi tata busana dan tata rias adalah:
Ø Menunjukkan latar belakang sosial atau tingkat sosial tokoh.
Ø Menunjukkan usia tokoh.
Ø Menunjukkan latar belakang geografis dan kebudayaan tokoh.


3. Tata bunyi dan tata lampu (lighting)
          Tata bunyi dibedakan menjadi 2 yaitu,
Ø Efek bunyi (sound effect)
Ø Musik
Keduanya mempunyai fungsi yang sama, yaitu menghidupkan suasana dalam drama. Yang termasuk efek bunyi adalah: bunyi air, laut, bunyi kendaraan, halilintar, tembakan, kokok ayam dsb. Sedangkan musik yang membawakan suatu irama di dalam drama membangkitkan daya bayang penonton sehingga penafsirannya terhadap suasana cerita akan lebih efektif. Ini disebabkan sifat irama musik itu ada yang bernada muram, gembira, sedih, menakutkan dsb. Tentu saja hal ini dibutuhkan kepekaan penonton terhadap jenis irama musik yang ada dan didengarnya.
          Sebelum drama berlangsung, perlu pula musik disuguhkan untuk menyiapkan penonton menikmati drama yang akan ditampilkan. Tentunya musik yang disuguhkan itu harus yang sesuai dengan cerita yang dipentaskan. Dengan demikian, kehadiran musik dalam drama harus benar-benar membentuk suasana cerita. Kalau tidak, maka sebaiknya musik itu ditiadakan saja.

4. Tata lampu
          Tata lampu memiliki 2 peranan yaitu:
Ø Penyinaran
Ø Pencahayaan
Sebagai penyinaran, tata lampu berfungsi memproduksi sinar pentas agar situasi tidak gelap. Disamping itu juga, berfungsi mengubah adegan yang satu keadegan yang lain. Bahkan bila drama itu tanpa layar, maka lampulah sebagai penggantinya.
          Sebagai pencahaya, tata lampu mampu menciptakan efek dramatik. Tata lampu membantu  imajinasi penonton untuk memasuki situasi lakon yang romantis, tragis, dsb. Cahaya lampu yang merah mempunyai efek yang berbeda dengan cahaya lampu yang hijau. Adegan romantis sebaiknya menggunakan warna lampu yang romantis pula. Demikian pula adegan pembunuhan yang kemerah-merahan .

5. Tata panggung
          Tata panggung merupakan gambaran lokal tempat terjadinya peristiwa yang diwujudkan jelas di atas pangguang. Benda yang digunakan melengkapi dekorasi panggung disebut propertis. Propertis itu berupa meja, kursi, pot bunga, dsb. Tentu saja benda-benda yang diletakkan diatas panggung itu harus mempunyai fungsi sesuai cerita. Selain itu benda harus dapat memperindah panggung.
          Lokasi panggung dibagi atas enam atau empat lokasi akting. Masing-masing lokasi mempunyai makna tersendiri untuk menunjukkan adegan yang dimaksud, umpamanya adegan serius, lucu, rileks, tempat tidur,dsb.

6. Pembagian waktu
          Pembagian waktu ini erat kaitannya dengan alur cerita, yang terdiri dari plot, dibagi tiga: permulaan, tengah, dan akhir. Dari tiga bagian ini memungkinkan sebuah drama dibagi dalam tiga babak, yaitu:
Ø Exposition(perkenalan)
Ø Komplikasi dan klimaks
Ø Resolution and conclution / penyelesaian.
Kemudian di dalam drama tertentu ditambah dengan prolog dan epilog. Tiap babak terdiri dari beberapa adegan.
7. Efek
          Drama ditulis untuk dapat mempengaruhi pembaca dan penonton. Pengaruh yang diinginkan itulah yang disebut efek.


8. Retorika
            Retorika adalah pengetahuan dan seni berbicara atau berpidato di depan umum. Hal ini didayagunakan oleh pemain drama di dalam melontarkan dialognya.
          Kalimat yang baik belum tentu menarik bila tidak menggunakan retorika yang baik, demikian pula sebaliknya, kalimat yang kurang baik tetapi, diucapkan dengan retorika yang baik akan menjadi marak.


TEKNIK BERMAIN DRAMA

          Seorang aktor sebelum berakting, harus lebih dahulu mengkonsentrasikan diri. Jiwanya harus benar-benar diarahkan di dalam permainan drama. Dengan demikian diharapkan seorang aktor akan melupakan dirinya sendiri, lalu menyatukan dirinya dengan peran yang dibawakannya.
          Selain seorang aktor harus mengkonsentrasikan pikiran dan jiwanya dalam bermain drama, ia pun harus tahu tentang  beberapa teknik bermain drama seperti:



1). Teknik Muncul
          Teknik ini penting artinya untuk memberi kesan pertama kepada penonton. Ini dilakukan agar tidak mengecewakan penonton. Di dalam pemunculan seorang aktor dapat memberikan penggambaran wataknya.

2)  Teknik Memberi isi
          Teknik memberi isi ini erat hubungannya dengan penggunaan bahasa. Teknik ini menitikberatkan penekanan pada sebuah kata di dalam kalimat. Tekanan terdiri atas 3 macam yakni:
Ø Tekanan dinamik” tekanan keras lembutnya kata itu diucapkan”.
Ø Tekanan nada “ tinggi rendahnya suara dalam mengucapkan suatu kata”.
Ø Tekanan tempo “ lambat cepatnya pengucapan kata di dalam kalimatnya”.
          Selain penekanan dengan menggunakan 3 tekanan tersebut, perlu pula diiringi dengan gerak badan yang sesuai dengan maksud pengucapan itu. Kesemuanya itu  penting dalam bermain drama, agar kata yang diucapkan oleh seorang aktor tidak menjadi hambar, tetapi mempesonakan penonton.

3). Teknik Pengembangan
          Teknik ini erat hubungannya dengan pengucapan bahasa dan gerak badan yang dikembangkan. Teknik pengembangan dengan pengucapan kata, dicapai dengan empat cara, yaitu:
Ø Menaikkan volume suara.
Ø Menaikkan tinggi nada suara.
Ø Menaikkan kecepatan tempo suara
Ø Mengurangi volume tinggi nada dan kecepatan tempo suara.
Teknik pengembangan dengan gerak badan dapat diadakan dengan lima cara, yaitu:
Ø Dengan menaikkan posisi badan
Ø Berpaling, memalingkan kepala dan tubuh
Ø Berpindah tempat
Ø Melakukan gerakan anggota badan
Ø Perubahan air muka
4). Teknik membina puncak
          Teknik membina puncak ini dimaksudkan untuk mencapai puncak klimaks sebuah drama. Dengan demikian maka jelas perbedaan intensitas dari tingkat perkembangan itu dalam proses pencapaian klimaks. Karena itu seorang aktor harus dapat menahan diri agar perkembangan sebelumnya tidak akan setingkat dengan pencapaian puncak drama. Hal ini harus diperhatikan agar para aktor tidak kewalahan membina puncak.
          Ada lima macam teknik menahan untuk membina puncak, yaitu:
Ø Dengan menahan intensitas emosi
Ø Menahan reaksi terhadap perkembangan alur
Ø Menahan aktor yang sementara memakai suara yang lepas keras, maka gerakannya ditahan
Ø Menahan aktor pertama berbicara ketika aktor kedua berbicara
Ø Perpindahan para pemain diatas panggung

5). Teknik Timing
          Teknik timing berarti ketepatan hubungan antara gerakan jasmani dengan kata atau kalimat yang diucapkan. Ada tiga macam hubungan waktu antara gerakan jasmani dan dialog yang diucapkan, yaitu:
Ø Gerakan dilakukan sebelum kata diucapkan
Ø Gerakan dilakukan sambil kata diucapkan
Gerakan dilakukan setelah kata diucapkan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar