Anwar, S.Pd.
BAB I
PENDAHULUAN
Strategi belajar mengajar keterampilan berbahasa Indonesia adalah pola kegiatan
belajar-mengajar tertentu yang dipilih guru untuk melaksanakan program
belajar-mengajar keterampilan berbahasa Indonesia, yang dapat menciptakan
situasi belajar-mengajar yang memungkinkan siswa melakukan aktvitas mental
intelektual secara optimal, untuk mencapai tujuan keterampilan berbahasa. Keterampilan
berbahasa terdiri atas keterampilan mendengarkan, keterampilan berbicara,
keterampilan membaca, dan keterampilan menulis.
Keterampilan
mendengarkan adalah kemampuan menangkap suara atau bunyi dengan telinga dengan
sungguh-sungguh. Mendengar, mendengarkan, dan mendengarkan memiliki persamaan
makna walaupun tidak persis sama. Dari segi kualitas perhatian jelas dapat
dibedakan antara mendengar, mendengarkan, dan mendengarkan. Dalam kegiatan
mendengar ada unsur ketidaksengajaan, kebetulan dan tidak direncanakan.
Kegiatan mendengarkan ada unsur kesengajaan, tetapi belum diikuti unsur
pemahaman. Mendengarkan mencakup kegiatan mendengarkan yang disertai pemahaman
yang melibatkan perhatian dan minat.
Kegiatan mendengarkan
bukan merupakan suatu proses yang pasif, melainkan suatu proses yang aktif
dalam mengkonstruksikan suatu pesan dari suatu arus bunyi yang diketahui orang
sebagai potensi-potensi fonologis, sintaksis, dan semantik suatu bahasa.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Prinsip-prinsip Pembelajaran Mendengarkan
Perlu
diketahui bahwa cakrawala pengetahuan 85% diperoleh berdasarkan hasil
mendengarkan, tetapi yang berhasil diingat hanya kira-kira 20%. Dengan demikian
betapa besarya keuntungan yang diperoleh dari keterampilan mendengarkan dalam
kehidupan sehari-hari. Perlu disadari betapa pentingnya meningkatkan
keterampilan mendengarkan.
Dalam
kegiatan belajar-mengajar mendengarkan, pola kegiatan belajar-mengajar umum
yang dikemukakan oleh Rivers (1978) dapat pula diterapkan pada aktivitas
mendengarkan. Aktivitas itu meliputi kegiatan mengidentifikasikan bunyi-bunyi
bahasa, megidentifikasikan dan seleksi tanpa retensi, mengidentifikasi dan
seleksi terarah dengan retensi pendek atau terbatas, dan mengidentifikasi dan
seleksi dengan retensi yang meminta waktu yang
panjang.
Dalam
pembelajaran mendengarkan diperlukan prinsip-prinsip yaitu:
1. Mendengarkan merupakan kemampuan
mengidentifikasi bunyi, kata, frase, dan kalimat bahasa yang diujarkan dan
kemampuan membedakan satu bunyi dengan bunyi lain, satu kata dengan kata lain,
dan seterusnya.
2. Mendengarkan merupakan kemampuan memahami
pesan dan informasi yang disampaikan dengan meninggalkan hal-hal yang tidak
relevan atau mubasir dalam proses mendengarkan.
3. Mendengarkan berarti menyeleksi mana yang
penting dan yang tidak penting, dan yang paling utama ialah menyeleksi mana
yang bermakna dan yang tidak bermakna.
4. Mendengarkan berhubungan erat atau menyatu
dengan mengingat dan mempertahankan ingatan (jangka pendek dan jangka panjang).
5. Mendengarkan merupakan penahapan atau
tahap-tahap sesuai dengan kemampuan mengidentifikasi, membedakan
komponen-komponen kebahasaan yang bermakna dalam ujaran.
Untuk mengefektifkan pembelajaran perlu ditetapkan identifikasi
pembelajaran mendengarkan, yaitu:
1. Mendengarkan ceramah/pidato/khotbah dan
menyampaikan informasi di depan kelas.
2. Mendengarkan pesan dan menyampaikanya
kepada orang lain
3. Mendengarkan petunjuk (menggunakan aturan)
dari berbagai sumber tertulis lalu menjelaskannya.
4. Mendengarkan wawancara dan menyampaikan
hasil wawancara tersebut kepada orang lain.
Alternatif
dalam pembelajaran mendengarkan yaitu:
- Penjelasan - Ceramah
- Pidato - Nyanyian
- Laporan/membaca paragraf - Deklamasi
- Pesan telepon, pesan berantai - Pengumuman lewat radio,
TV
- Televisi - Keluhan
- Radio -
Permintaan
- Kaset -
Petunjuk
- Khotbah - Apa yang
dibaca orang lain
- Wejangan - Dengar
pendapat
- Pembicaraan - Cerita
- Wawancara - Percakapan
dengan lawan bicara
- Diskusi
B.
Langkah-Langkah dalam Pembelajaran Mendengarkan
1.
Mendengarkan Petunjuk
a. Petunjuk yang telah tersusun sistematis
disampaikan secara lisan
b. Siswa mendengarkan petunjuk yang dibacakan
c. Siswa membayangkan pelaksanaan setiap
butir petunjuk
d. Siswa mencatat butir-butir yang penting
e. Siswa dipersilahkan bertanya
f. Siswa menyebutkan tugas yang akan
dikerjakannya serta bagaimana ia melaksanakan tugas itu sesuai dengan petunjuk
yang telah diberikan
2.
Mendengarkan untuk Memperoleh Informasi
a. mempersiapkan siswa agar memusatkan
perhatiannya untuk mendengar
b. memperdengarkan wacana yang berisi
informasi bahan simakan yang komunikatif
c. siswa mendengarkan wacana yang
diperdengarkan
d. Siswa mencatat informasi serta pikiran
penjelas
e. Siswa menyusun ringkasan isi informasi
yang didengarnya berdasarkan catatan yang dibuat
f. Memikirkan kembali apa yang didengarnya
C.
Model Pembelajaran Mendengarkan
Ada
beberapa model pengajaran bahasa yang dapat dikembangkan. Sebagian dari model
itu dapat digunakan sebagai model pengajaran mendengarkan. Berikut ini
disajikan sejumlah model pengajaran mendengarkan.
1.
Mendengarkan dan memahami isi berita yang
dibacakan
Identifikasi kata kunci (kata-kata sukar/kata berimbuhan) dalam teks berita.
Mencari kata kunci/kata sukar/ kata berimbuhan dapat pula dilakukan pada
paragraf atau wacana yang berisi berita.
Guru mempersiapkan paragraf atau wacana. Bahan itu dilisankan dengan suara
jelas, intonasi yang tepat, dan agak pelan.
2.
Mendengar dan memahami isi wawancara
Wawancara
adalah percakapan dalam bentuk tanya jawab. Dalam situasi formal (resmi), orang
yang diwawancarai adalah orang yang berprestasi, ahli, dan istimewa. Adapun
dalam situasi informal, wawancara dapat berlangsung antarteman.
3.
Parafrase
Guru
mempersiapkan sebuah puisi yang pantas disajikan di kelas. Guru membacakan
puisi tersebut. Siswa mendengarkan dan menceritakan kembali isinya dengan
kata-kata sendiri.
4.
Merangkum
Guru
mempersiapkan bahan simakan. Materi bahan simakan dan panjangnya disesuaikan
dengan taraf kemampua siswa. Bahan itu disampaikan secara lisan kepada siswa.
Siswa mendengarkan dan merangkum isinya.
5.
Menjawab pertanyaan
Guru
mempersiapkan bahan simakan. Isi bahan, bahasanya, dan taraf kesukarannya harus
disesuaikan kemampuan siswa. Bahan itu disampaikan secara lisan kepada siswa.
Siswa mendengarkan dan menyaring isi
bahan simakan melalui jawaban pertanyaan.
Pertanyaan
diajukan dan dicari jawabannya saat meyimak berlangsung. Guru dapat memulai
dengan satu pertanyaan. Jika siswa cukup terlatih baru dilaksanakan secara
menyeluruh.
6.
Pelafalan bunyi bahasa
Lafal
adalah cara seseorang atau sekelompok orang dalam suatu masyarakat bahasa
mengucapkan bunyi bahasa. Guru mengenalkan beberapa bunyi dan suara kepada
siswa misalnya suara hewan, ombak, kucing, dan suara yang biasa ada di
sekeliling kehidupan siswa. Guru dapat juga menyiapkan beberapa gambar,
misalnya gambar kambing, kuda, dll. Guru menyuruh siswa mengucapkan atau
menirukan bunyi atau suara berdasarkan gambar yang ada.
D.
Metode
Pembelajaran Mendengarkan
Metode Kontekstual
Ketika para
ahli bahasa berusaha untuk mengembangkan kualitas pembelajaran bahasa pada
akhir abad kesembilan belas, mereka mengacu pada prinsip-prinsip umum dan teori
yang berkaitan dengan bagaimana bahasa itu dipelajari, bagaimana pengetahuan
bahasa itu direpresentasikan dan diorganisasikan di dalam memori, atau
bagaimana bahasa itu sendiri dibentuk.
Para ahli
liguis terapan mengelaborasikan prinsip
dan pendekatan yang dapat dipertanggungjawabkan secara teoretis ke arah
desain program pengajaran bahasa, mata
pelajaran, dan materi pembelajaran. Meskipun demikian, banyak hal praktis
yang khusus dibiarkan dikerjakan oleh pakar yang lain. Mereka mencari
jawaban yang rasional, seperti yang berkaitan dengan prinsip seleksi dan pengurutan kosakata dan tata bahasa.
Gagasan para ahli dapat diwujudkan secara ideal dalam metode yang ada.
Metode
merupakan rencana keseluruhan bagi penyajian bahan bahasa secara rapi dan
tertib yang tidak ada bagian-bagiannya
yang berkontradiksi. Teknik bersifat implementasional yang secara aktual
berperan di dalam kelas. Teknik merupakan suatu kiat, suatu siasat, atau
penemuan yang digunakan untuk
menyelesaikan serta menyempurnakan suatu tujuan langsung. Teknik haruslah
konsisten dengan metode.
Metode
kontekstual muncul sebagai reaksi terhadap teori behavioristik yang telah
mendominasi pendidikan selama puluhan
tahun. Metode kontekstual mengakui bahwa pembelajaran merupakan proses
kompleks.
Pengajaran
kontekstual memungkinkan siswa menguatkan, memperluas, dan menerapkan
pengetahuan dan keterampilan akademik mereka dalam berbagai macam tatanan dalam
sekolah dan luar sekolah. Siswa diharapkan dapat memecahkan masalah-masalah
dunia nyata atau masalah-masalah yang disimulasikan.
Pembelajaran
kontekstual adalah konsepsi pembelajaran yang membantu guru menghubungkan mata
pelajaran dengan situasi dunia nyata dan pembelajaran yang memotivasi siswa
agar menghubungkan pengetahuan dengan terapannnya dengan kehidupan sehari-hari sebagai anggota
keluarga dan masyarakat.
Dalam
perkembangannya metode kontekstual terdiri atas berbagai strategi yang
dikembangkan oleh berbagai institusi. Blanchard
(2001) mengembangkan strategi pembelajaran metode kontekstual dengan:
a. menekankan pemecahan masalah,
b. menyadari kebutuhan pengajaran dan
pembelajaran yag terjadi dalam
berbagai konteks seperti rumah,
masyarakat, dan pekerjaan,
c. Mengajar siswa memonitor dan mengarahkan
pembelajaran mereka sendiri sehingga menjadi siswa mandiri,
d. Mengaitkan pengajaran pada konteks
kehidupan siswa yang berbeda-beda,
e. Mendorong siswa untuk belajar dari sesama
teman dan belajar bersama, dan
f. Menerapkan penilaian autentik.
Yang perlu
diingat bahwa metode kontekstual merupakan konsep teruji yang menggabungkan
banyak penelitian terakhir dalam bidang konitif. Oleh karena itu, metode
kontekstual dapat digunakan dalam pembelajaran di kelas. Pengajaran dan
pembelajaran kontekstual menawarkan pembelajaran yang memungkinkan siswa dalam belajar lebih bermakna dan
menyenangkan. Strategi yang ditawarkan diharapkan dapat membantu siswa aktif
dan kreatif. Untuk itu, dalam menjalankan strategi ini, guru dituntut lebih
kreatif pula.
Dalam
strategi ini ada tujuh elemen penting, yaitu inkuiri, pertanyaan,
konstruktuvistik, pemodelan, masyarakat belajar, penilaian autentik, dan
refeksi. Diharapkan ketujuh unsur ini dapat diaplikasikan dalam keseluruhan
proses pembelajaran.
Inquiri
merupakan bagian inti kegiatan pembelajaran kontekstual. Siswa tidak menerima
pengetahuan dan keterampilan hanya dari mengingat seperangkat fakta-fakta saja,
tetapi berasal dari pengalaman menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang
pembelajaran yang bersumber dari penemuan.
Biasanya,
pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki seseorang berasal dari sebuah pertanyaan.
Pertanyaan berguna untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan siswa.
Bagi siswa, pertanyaan berguna untuk menggali informasi, mengecek informasi
yang didapatnya, mengarahkan perhatian, dan memastikan penemuan yang
dilakukannya.
Siswa perlu
dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan
bergelut dengan ide-idenya. Dengan begitu, siswa dapat mengkonstruksikan
gejala-gejala dengan pemikirannya sendiri. Konstruktivistik merupakan landasan
berpikir metode kontestual, yaitu pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit
yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak seketika.
Manusia harus mengkonstruksikan pengetahuan dan memberi makna melalui
pengalaman tidak melalui ingatan dan hapalan saja.
Dalam kontestual,
guru bukanlah model satu-satunya. Model dapat diambil dari mana saja. Model
dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Seorang siswa dapat ditunjuk untuk
menjadi model di hadapna teman lainnya. Dapat pula model didatangkan dari luar
kelas.
Dalam kelas
yang kontestual, Anda disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam
kelompok belajar. Siswa belajar di kelompok yang anggota-anggotanya diharapkan
heterogen. Yang pandai mengajari yang lemah. Kelompok siswa upayakan dapat
selalu bervariasi dari segi apapun.
Perkembangan
belajar siswa tentunya perlu diketahui. Penilaian tidak dilakukan di belakang
meja atau di rumah saja tetapi juga di saat siswa aktif belajar di kelas. Data
yang diperoleh dari siswa haruslah dari situasi nyata. Nilai yang diperoleh siswa
memang mencerminkan keadaan siswa yang sebenarnya. Penilaian dilaksanakan
secara berkesinambungan, terintegrasi, terbuka, dan terus-menerus.
Refleksi
merupakan respon terhadap pengalaman yang telah dilakukan, aktivitas yang baru
dijalani, dan pengetahuan yang baru saja diterima. Dengan merefleksikan
sesuatu, siswa merasa memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya tentang apa
yang baru dipelajarinya. Refleksi tersebut dapat dilakukan perbagian, di akhir
jam pelajaran, atau dalam kesempatan apapun. Realisasi refleksi dapat berupa
pertanyaan spontan siswa tentang apa yang diperolehnya hari itu.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Dalam
pembelajaran mendengarkan diperlukan prinsip-prinsip yaitu:
Mendengarkan merupakan
kemampuan mengidentifikasi bunyi, kata, frase, dan kalimat bahasa yang
diujarkan dan kemampuan membedakan satu bunyi dengan bunyi lain, satu kata
dengan kata lain, dan seterusnya.
Mendengarkan
merupakan kemampuan memahami pesan dan informasi yang disampaikan dengan
meninggalkan hal-hal yang tidak relevan atau mubasir dalam proses mendengarkan.
Mendengarkan
berarti menyeleksi mana yang penting dan yang tidak penting, dan yang paling
utama ialah menyeleksi mana yang bermakna dan yang tidak bermakna.
Mendengarkan
berhubungan erat atau menyatu dengan mengingat dan mempertahankan ingatan
(jangka pendek dan jangka panjang).
Mendengarkan
merupakan penahapan atau tahap-tahap sesuai dengan kemampuan mengidentifikasi,
membedakan komponen-komponen kebahasaan yang bermakna dalam ujaran.
Untuk mengefektifkan pembelajaran perlu ditetapkan identifikasi
pembelajaran mendengarkan, yaitu:
Mendengarkan ceramah/pidato/khotbah dan menyampaikan informasi di depan
kelas. Mendengarkan pesan dan menyampaikanya kepada orang lain. Mendengarkan
petunjuk (menggunakan aturan) dari berbagai sumber tertulis lalu
menjelaskannya. Mendengarkan wawancara dan menyampaikan hasil wawancara
tersebut kepada orang lain.
Langkah-langkah
dalam pembelajaran mendengarkan atara lain mendengarkan petunjuk, mendengarkan
untuk memperoleh informasi.
Ada
beberapa model pengajaran bahasa yang dapat dikembangkan, yaitu: mendengarkan dan memahami isi berita yang
dibacakan, mendengar dan memahami isi wawancara, parafrase, merangkum, menjawab pertanyaan, dan pelafalan bunyi bahasa.
Metode kontekstual
mengakui bahwa pembelajaran merupakan proses kompleks. Pengajaran kontekstual
memungkinkan siswa menguatkan, memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan
keterampilan akademik mereka dalam berbagai macam tatanan dalam sekolah dan
luar sekolah. Siswa diharapkan dapat memecahkan masalah-masalah dunia nyata
atau masalah-masalah yang disimulasikan.
Pembelajaran
kontekstual adalah konsepsi pembelajaran yang membantu guru menghubungkan mata
pelajaran dengan situasi dunia nyata dan pembelajaran yang memotivasi siswa
agar menghubungkan pengetahuan dengan terapannnya dengan kehidupan sehari-hari sebagai anggota
keluarga dan masyarakat.
B.
Saran-Saran
Untuk meningkatkan kemampuan
berbahasa siswa guru hendaknya meningkatkan kemampuannya dalam mengajar. Mengajar
tidak hanya memberikan materi tetapi bagaimana materi itu diberikan. Guru
hendaknya lebih memahami metode dan teknik yang akan dipergunakan di dalam
pembelajaran. Dengan metode dan teknik yang bervariasi dapat meningkatkan minat
siswa dalam belajar. Dengan demikian, tujuan pembelajaran dapat terpenuhi dengan hasil yang memuaskan
DAFTAR
PUSTAKA
Budinuryanto, dkk.1999. Materi Pokok Pengajaran Keterampilan Berbahasa.
Jakarta: Depdikbud.
Departemen Pendidikan
Nasional. 2005. Materi Pelatihan
Terintegrasi Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: Depertemen Pendidikan
Nasional.
Sutari, Ice, dkk. 1998. Menyimak. Jakarta: Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar