Sabtu, 07 April 2012

STRATEGI PEMBELAJARAN MENYIMAK/MENDENGARKAN



Anwar, S.Pd.



BAB I
PENDAHULUAN

Strategi belajar mengajar keterampilan berbahasa Indonesia adalah pola kegiatan belajar-mengajar tertentu yang dipilih guru untuk melaksanakan program belajar-mengajar keterampilan berbahasa Indonesia, yang dapat menciptakan situasi belajar-mengajar yang memungkinkan siswa melakukan aktvitas mental intelektual secara optimal, untuk mencapai tujuan keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa terdiri atas keterampilan mendengarkan, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis.
Keterampilan mendengarkan adalah kemampuan menangkap suara atau bunyi dengan telinga dengan sungguh-sungguh. Mendengar, mendengarkan, dan mendengarkan memiliki persamaan makna walaupun tidak persis sama. Dari segi kualitas perhatian jelas dapat dibedakan antara mendengar, mendengarkan, dan mendengarkan. Dalam kegiatan mendengar ada unsur ketidaksengajaan, kebetulan dan tidak direncanakan. Kegiatan mendengarkan ada unsur kesengajaan, tetapi belum diikuti unsur pemahaman. Mendengarkan mencakup kegiatan mendengarkan yang disertai pemahaman yang melibatkan perhatian dan minat.
Kegiatan mendengarkan bukan merupakan suatu proses yang pasif, melainkan suatu proses yang aktif dalam mengkonstruksikan suatu pesan dari suatu arus bunyi yang diketahui orang sebagai potensi-potensi fonologis, sintaksis, dan semantik suatu bahasa.
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Prinsip-prinsip Pembelajaran Mendengarkan
Perlu diketahui bahwa cakrawala pengetahuan 85% diperoleh berdasarkan hasil mendengarkan, tetapi yang berhasil diingat hanya kira-kira 20%. Dengan demikian betapa besarya keuntungan yang diperoleh dari keterampilan mendengarkan dalam kehidupan sehari-hari. Perlu disadari betapa pentingnya meningkatkan keterampilan mendengarkan.
Dalam kegiatan belajar-mengajar mendengarkan, pola kegiatan belajar-mengajar umum yang dikemukakan oleh Rivers (1978) dapat pula diterapkan pada aktivitas mendengarkan. Aktivitas itu meliputi kegiatan mengidentifikasikan bunyi-bunyi bahasa, megidentifikasikan dan seleksi tanpa retensi, mengidentifikasi dan seleksi terarah dengan retensi pendek atau terbatas, dan mengidentifikasi dan seleksi dengan retensi yang meminta waktu yang  panjang.
Dalam pembelajaran mendengarkan diperlukan prinsip-prinsip yaitu:
1.      Mendengarkan merupakan kemampuan mengidentifikasi bunyi, kata, frase, dan kalimat bahasa yang diujarkan dan kemampuan membedakan satu bunyi dengan bunyi lain, satu kata dengan kata lain, dan seterusnya.
2.      Mendengarkan merupakan kemampuan memahami pesan dan informasi yang disampaikan dengan meninggalkan hal-hal yang tidak relevan atau mubasir dalam proses mendengarkan.
3.      Mendengarkan berarti menyeleksi mana yang penting dan yang tidak penting, dan yang paling utama ialah menyeleksi mana yang bermakna dan yang tidak bermakna.
4.      Mendengarkan berhubungan erat atau menyatu dengan mengingat dan mempertahankan ingatan (jangka pendek dan jangka panjang).
5.      Mendengarkan merupakan penahapan atau tahap-tahap sesuai dengan kemampuan mengidentifikasi, membedakan komponen-komponen kebahasaan yang bermakna dalam ujaran.
Untuk mengefektifkan pembelajaran perlu ditetapkan identifikasi pembelajaran mendengarkan, yaitu:
1.      Mendengarkan ceramah/pidato/khotbah dan menyampaikan informasi di depan kelas.
2.      Mendengarkan pesan dan menyampaikanya kepada orang lain
3.      Mendengarkan petunjuk (menggunakan aturan) dari berbagai sumber tertulis lalu menjelaskannya.
4.      Mendengarkan wawancara dan menyampaikan hasil wawancara tersebut kepada orang lain.
Alternatif dalam pembelajaran mendengarkan yaitu:
- Penjelasan                                                     - Ceramah
- Pidato                                                           - Nyanyian
- Laporan/membaca paragraf                          - Deklamasi
- Pesan telepon, pesan berantai                       - Pengumuman lewat radio, TV
- Televisi                                                          - Keluhan
- Radio                                                            - Permintaan
- Kaset                                                             - Petunjuk
- Khotbah                                                        - Apa yang dibaca orang lain
- Wejangan                                                      - Dengar pendapat
- Pembicaraan                                                  - Cerita
- Wawancara                                                   - Percakapan dengan lawan bicara
- Diskusi

B.     Langkah-Langkah dalam Pembelajaran Mendengarkan
1.      Mendengarkan Petunjuk
a.       Petunjuk yang telah tersusun sistematis disampaikan secara lisan
b.      Siswa mendengarkan petunjuk yang dibacakan
c.       Siswa membayangkan pelaksanaan setiap butir petunjuk
d.      Siswa mencatat butir-butir yang penting
e.       Siswa dipersilahkan bertanya
f.       Siswa menyebutkan tugas yang akan dikerjakannya serta bagaimana ia melaksanakan tugas itu sesuai dengan petunjuk yang telah diberikan
2.      Mendengarkan untuk Memperoleh Informasi
a.       mempersiapkan siswa agar memusatkan perhatiannya untuk mendengar
b.      memperdengarkan wacana yang berisi informasi bahan simakan yang komunikatif
c.       siswa mendengarkan wacana yang diperdengarkan
d.      Siswa mencatat informasi serta pikiran penjelas
e.       Siswa menyusun ringkasan isi informasi yang didengarnya berdasarkan catatan yang dibuat
f.       Memikirkan kembali apa yang didengarnya

C.    Model Pembelajaran Mendengarkan
Ada beberapa model pengajaran bahasa yang dapat dikembangkan. Sebagian dari model itu dapat digunakan sebagai model pengajaran mendengarkan. Berikut ini disajikan sejumlah model pengajaran mendengarkan.
1.      Mendengarkan dan memahami isi berita yang dibacakan
Identifikasi kata kunci (kata-kata sukar/kata berimbuhan) dalam teks berita. Mencari kata kunci/kata sukar/ kata berimbuhan dapat pula dilakukan pada paragraf  atau wacana yang berisi berita. Guru mempersiapkan paragraf atau wacana. Bahan itu dilisankan dengan suara jelas, intonasi yang tepat, dan agak pelan.
2.      Mendengar dan memahami isi wawancara
Wawancara adalah percakapan dalam bentuk tanya jawab. Dalam situasi formal (resmi), orang yang diwawancarai adalah orang yang berprestasi, ahli, dan istimewa. Adapun dalam situasi informal, wawancara dapat berlangsung antarteman.



3.      Parafrase
Guru mempersiapkan sebuah puisi yang pantas disajikan di kelas. Guru membacakan puisi tersebut. Siswa mendengarkan dan menceritakan kembali isinya dengan kata-kata sendiri.
4.      Merangkum
Guru mempersiapkan bahan simakan. Materi bahan simakan dan panjangnya disesuaikan dengan taraf kemampua siswa. Bahan itu disampaikan secara lisan kepada siswa. Siswa mendengarkan dan merangkum isinya. 
5.      Menjawab pertanyaan
Guru mempersiapkan bahan simakan. Isi bahan, bahasanya, dan taraf kesukarannya harus disesuaikan kemampuan siswa. Bahan itu disampaikan secara lisan kepada siswa. Siswa mendengarkan dan menyaring  isi bahan simakan melalui jawaban pertanyaan.
Pertanyaan diajukan dan dicari jawabannya saat meyimak berlangsung. Guru dapat memulai dengan satu pertanyaan. Jika siswa cukup terlatih baru dilaksanakan secara menyeluruh. 
6.      Pelafalan bunyi bahasa
Lafal adalah cara seseorang atau sekelompok orang dalam suatu masyarakat bahasa mengucapkan bunyi bahasa. Guru mengenalkan beberapa bunyi dan suara kepada siswa misalnya suara hewan, ombak, kucing, dan suara yang biasa ada di sekeliling kehidupan siswa. Guru dapat juga menyiapkan beberapa gambar, misalnya gambar kambing, kuda, dll. Guru menyuruh siswa mengucapkan atau menirukan bunyi atau suara berdasarkan gambar yang ada.

D.    Metode  Pembelajaran Mendengarkan
 Metode  Kontekstual
Ketika para ahli bahasa berusaha untuk mengembangkan kualitas pembelajaran bahasa pada akhir abad kesembilan belas, mereka mengacu pada prinsip-prinsip umum dan teori yang berkaitan dengan bagaimana bahasa itu dipelajari, bagaimana pengetahuan bahasa itu direpresentasikan dan diorganisasikan di dalam memori, atau bagaimana bahasa itu sendiri dibentuk.
Para ahli liguis terapan mengelaborasikan prinsip  dan pendekatan yang dapat dipertanggungjawabkan secara teoretis ke arah desain  program pengajaran bahasa, mata pelajaran, dan materi pembelajaran. Meskipun demikian, banyak hal  praktis  yang khusus dibiarkan dikerjakan oleh pakar yang lain. Mereka mencari jawaban yang rasional, seperti yang berkaitan dengan  prinsip seleksi  dan pengurutan kosakata dan tata bahasa. Gagasan para ahli dapat diwujudkan secara ideal dalam metode yang ada.
Metode merupakan rencana keseluruhan bagi penyajian bahan bahasa secara rapi dan tertib yang tidak ada  bagian-bagiannya yang berkontradiksi. Teknik bersifat implementasional yang secara aktual berperan di dalam kelas. Teknik merupakan suatu kiat, suatu siasat, atau penemuan yang digunakan  untuk menyelesaikan serta menyempurnakan suatu tujuan langsung. Teknik haruslah konsisten dengan metode.
Metode kontekstual muncul sebagai reaksi terhadap teori behavioristik yang telah mendominasi pendidikan  selama puluhan tahun. Metode kontekstual mengakui bahwa pembelajaran merupakan proses kompleks.
Pengajaran kontekstual memungkinkan siswa menguatkan, memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademik mereka dalam berbagai macam tatanan dalam sekolah dan luar sekolah. Siswa diharapkan dapat memecahkan masalah-masalah dunia nyata atau masalah-masalah yang disimulasikan.
Pembelajaran kontekstual adalah konsepsi pembelajaran yang membantu guru menghubungkan mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan pembelajaran yang memotivasi siswa agar menghubungkan pengetahuan dengan terapannnya  dengan kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Dalam perkembangannya metode kontekstual terdiri atas berbagai strategi yang dikembangkan oleh berbagai institusi. Blanchard  (2001) mengembangkan strategi pembelajaran metode kontekstual dengan:
a.       menekankan pemecahan masalah,
b.      menyadari kebutuhan pengajaran dan pembelajaran  yag terjadi dalam berbagai  konteks seperti rumah, masyarakat, dan pekerjaan,
c.       Mengajar siswa memonitor dan mengarahkan pembelajaran mereka sendiri sehingga menjadi siswa mandiri,
d.      Mengaitkan pengajaran pada konteks kehidupan siswa yang berbeda-beda,
e.       Mendorong siswa untuk belajar dari sesama teman dan belajar bersama, dan
f.       Menerapkan penilaian autentik.
Yang perlu diingat bahwa metode kontekstual merupakan konsep teruji yang menggabungkan banyak penelitian terakhir dalam bidang konitif. Oleh karena itu, metode kontekstual dapat digunakan dalam pembelajaran di kelas. Pengajaran dan pembelajaran kontekstual menawarkan pembelajaran yang memungkinkan  siswa dalam belajar lebih bermakna dan menyenangkan. Strategi yang ditawarkan diharapkan dapat membantu siswa aktif dan kreatif. Untuk itu, dalam menjalankan strategi ini, guru dituntut lebih kreatif pula.
Dalam strategi ini ada tujuh elemen penting, yaitu inkuiri, pertanyaan, konstruktuvistik, pemodelan, masyarakat belajar, penilaian autentik, dan refeksi. Diharapkan ketujuh unsur ini dapat diaplikasikan dalam keseluruhan proses pembelajaran.
Inquiri merupakan bagian inti kegiatan pembelajaran kontekstual. Siswa tidak menerima pengetahuan dan keterampilan hanya dari mengingat seperangkat fakta-fakta saja, tetapi berasal dari pengalaman menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang pembelajaran yang bersumber dari penemuan.
Biasanya, pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki seseorang berasal dari sebuah pertanyaan. Pertanyaan berguna untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan siswa. Bagi siswa, pertanyaan berguna untuk menggali informasi, mengecek informasi yang didapatnya, mengarahkan perhatian, dan memastikan penemuan yang dilakukannya.
Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-idenya. Dengan begitu, siswa dapat mengkonstruksikan gejala-gejala dengan pemikirannya sendiri. Konstruktivistik merupakan landasan berpikir metode kontestual, yaitu pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak seketika. Manusia harus mengkonstruksikan pengetahuan dan memberi makna melalui pengalaman tidak melalui ingatan dan hapalan saja.
Dalam kontestual, guru bukanlah model satu-satunya. Model dapat diambil dari mana saja. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Seorang siswa dapat ditunjuk untuk menjadi model di hadapna teman lainnya. Dapat pula model didatangkan dari luar kelas.
Dalam kelas yang kontestual, Anda disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok belajar. Siswa belajar di kelompok yang anggota-anggotanya diharapkan heterogen. Yang pandai mengajari yang lemah. Kelompok siswa upayakan dapat selalu bervariasi dari segi apapun.
Perkembangan belajar siswa tentunya perlu diketahui. Penilaian tidak dilakukan di belakang meja atau di rumah saja tetapi juga di saat siswa aktif belajar di kelas. Data yang diperoleh dari siswa haruslah dari situasi nyata. Nilai yang diperoleh siswa memang mencerminkan keadaan siswa yang sebenarnya. Penilaian dilaksanakan secara berkesinambungan, terintegrasi, terbuka, dan terus-menerus.
Refleksi merupakan respon terhadap pengalaman yang telah dilakukan, aktivitas yang baru dijalani, dan pengetahuan yang baru saja diterima. Dengan merefleksikan sesuatu, siswa merasa memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya tentang apa yang baru dipelajarinya. Refleksi tersebut dapat dilakukan perbagian, di akhir jam pelajaran, atau dalam kesempatan apapun. Realisasi refleksi dapat berupa pertanyaan spontan siswa tentang apa yang diperolehnya hari itu.  
















BAB III
PENUTUP

A.    Simpulan
Dalam pembelajaran mendengarkan diperlukan prinsip-prinsip yaitu:
Mendengarkan merupakan kemampuan mengidentifikasi bunyi, kata, frase, dan kalimat bahasa yang diujarkan dan kemampuan membedakan satu bunyi dengan bunyi lain, satu kata dengan kata lain, dan seterusnya.
Mendengarkan merupakan kemampuan memahami pesan dan informasi yang disampaikan dengan meninggalkan hal-hal yang tidak relevan atau mubasir dalam proses mendengarkan.
Mendengarkan berarti menyeleksi mana yang penting dan yang tidak penting, dan yang paling utama ialah menyeleksi mana yang bermakna dan yang tidak bermakna.
Mendengarkan berhubungan erat atau menyatu dengan mengingat dan mempertahankan ingatan (jangka pendek dan jangka panjang).
Mendengarkan merupakan penahapan atau tahap-tahap sesuai dengan kemampuan mengidentifikasi, membedakan komponen-komponen kebahasaan yang bermakna dalam ujaran.
Untuk mengefektifkan pembelajaran perlu ditetapkan identifikasi pembelajaran mendengarkan, yaitu:
Mendengarkan ceramah/pidato/khotbah dan menyampaikan informasi di depan kelas. Mendengarkan pesan dan menyampaikanya kepada orang lain. Mendengarkan petunjuk (menggunakan aturan) dari berbagai sumber tertulis lalu menjelaskannya. Mendengarkan wawancara dan menyampaikan hasil wawancara tersebut kepada orang lain.
Langkah-langkah dalam pembelajaran mendengarkan atara lain mendengarkan petunjuk, mendengarkan untuk memperoleh informasi. 
Ada beberapa model pengajaran bahasa yang dapat dikembangkan, yaitu:  mendengarkan dan memahami isi berita yang dibacakan, mendengar dan memahami isi wawancara, parafrase, merangkum,  menjawab pertanyaan,  dan pelafalan bunyi bahasa.
Metode kontekstual mengakui bahwa pembelajaran merupakan proses kompleks. Pengajaran kontekstual memungkinkan siswa menguatkan, memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademik mereka dalam berbagai macam tatanan dalam sekolah dan luar sekolah. Siswa diharapkan dapat memecahkan masalah-masalah dunia nyata atau masalah-masalah yang disimulasikan.
Pembelajaran kontekstual adalah konsepsi pembelajaran yang membantu guru menghubungkan mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan pembelajaran yang memotivasi siswa agar menghubungkan pengetahuan dengan terapannnya  dengan kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga dan masyarakat.



B.     Saran-Saran
Untuk meningkatkan kemampuan berbahasa siswa guru hendaknya meningkatkan kemampuannya dalam mengajar. Mengajar tidak hanya memberikan materi tetapi bagaimana materi itu diberikan. Guru hendaknya lebih memahami metode dan teknik yang akan dipergunakan di dalam pembelajaran. Dengan metode dan teknik yang bervariasi dapat meningkatkan minat siswa dalam belajar. Dengan demikian, tujuan pembelajaran dapat terpenuhi  dengan hasil yang memuaskan



DAFTAR PUSTAKA


Budinuryanto, dkk.1999. Materi Pokok Pengajaran Keterampilan Berbahasa. Jakarta: Depdikbud.

Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Materi Pelatihan Terintegrasi Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: Depertemen Pendidikan Nasional.

Sutari, Ice, dkk. 1998. Menyimak. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Tarigan, Henry Guntur 1986. Menyimak sebagai suatu Keterampilan Berbicara. Bandung: Angkasa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar