Jumat, 06 April 2012

PENGAJARAN BERBICARA


BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial, sebagai anggota masyarakat, maka setiap individu dituntut terampil berkomunikasi, terampil menyatakan pikiran, gagasan, ide, dan perasaan, manusia dalam kehidupan sehari-hari dituntut untuk terampil berbicara baik itu di luar atau di dalam lingkungan keluarga.
Untuk memiliki kemampuan berbicara tidaklah semudah yang dibayangkan, banyak ahli terampil menuangkan gagasannya dalam bentuk tulisan namun sering mereka tidak terampil menyajikan secara lisan. Maidar dan Mukti (1988:1) menyatakan bahwa kemampuan berbicara merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang perlu dimiliki oleh siapa saja.
Berbicara dalam sirtuasi formal dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar memerlukan latihan dan bimbingan yang intensif oleh guru dan dosen. Mahasisiwa sebagai calon ilmuan yang sering terlibat dalam kegiatan formal, misalnya bertanya dalam kelas, berdiskusi, berseminar, berceramah dan berpidato.
Dalam proses belajar mengajar seorang mahasiswa, pelajar dituntut kemampuannya untuk mengemukakan pendapatnya secara lisan, tentunya diharapkan pembicaraannya, terarah, berwawasan dan bermakna. Tarigan dan tarigan (1988:88) mengatakan bahwa keterampilan berbicara dan kepemimpinan saling mempengaruhi. Orang pintar yang berbicara cenderung maju ke depan. Ia juga cepat menarik perhatian orang. Ia pun mudah berhubungan dan bekerjasama dengan orang lain, apabila seseorang terampil berbicara, maka dapatlah menguasai massa. Pemahaman tentang segala aspek yang berkaitan dengan keterampilan berbicara perlu dilakukan dalam dunia pendidikan, lebih khusus lagi mengenai pembelajaran berbicara.



B.     Permasalahan
Berdasarkan uraian tersebut, maka rumusan permasalahannya adalah:
1.      Apakah yang dimaksud berbicara?
2.      Faktor apakah yang menunjang keefektifan berbicara?
3.      Apa sajakah yang mempengaruhi kepasihan berbicara?
4.      Metode apakah yang digunakan dalam pembelajaran berbicara?
5.      Bagimanakah memilih topik untuk diskusi?

C.    Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dalam penyusunan makalah ini adalah:
1.      Mengemukakan definisi berbicara.
2.      Menguraikan faktor yang menunjang keefektifan berbicara.
3.      Menguraikan hal yang mempengaruhi kepasihan berbicara.
4.      Menyampaikan berbagai metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran berbicara.
5.      Menguraikan bagaimana memilih topik untuk diskusi.






BAB II

PEMBAHASAN


A.    Pengertian dan Tujuan Berbicara

Berbicara adalah keterampilan menyampaikan gagasan kepada orang lain dengan menggunakan media yang berupa simbol-simbol fonetik (Ahmad, 1998:4.10). Oleh karena itu, simbol-simbol fonetis yang merupakan perangkat bunyi-bunyi yang bermakna, maka keterampilan menghasilkan simbol-simbol fonetis saja itu masih belum cukup.
Berbicara adalah proses berpikir dan bernalar. Jadi pengajaran berbicara dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar.
Berbicara yang dilakukan manusia mempunyai tujuan tertentu. Manusia tidak melakukan kegiatan berbicara jika tidak ada tujuan tertentu yang disampaikan kepada orang lain. Tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan pikiran secara, efektif, maka seyogianyalah pembicara memahami makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan. Pembicara harus mampu mengevaluasi efek komunikasinya terhadap (para) pendengar.
Sebagai alat sosial ataupun sebagai alat perusahaan maupun profesional, pada dasarnya berbicara mempunyai tiga tujuan umum.
1. Berbicara untuk melaporkan, untuk memberikan informasi dilaksanakan kalau seorang berkeinginan untuk :
  • memberi dan menanamkan pengetahuan 
  • menetapkan atau menentukan hubungan-hubungan antara benda-benda
  • menerangkan atau menjelaskan suatu proses 
  • menginterpretasikan atau menafsirkan sesuatu persetujuan ataupun penguraian sesuatu tulisan.

2.      Berbicara untuk menghibur.
  1. Tidak ada kegiatan manusia yang lebih menyenangkan yang telah ditemukan daripada hiburan atau pertunjukan kelompok. Di dalam sesuatu yang menggembirakan yang dapat dinikmati bersama serta dapat mneninggalkan kesenangan pribadi.
Menghibur adalah membuat orang tertawa dengan hal-hal yang dapat menyenangkan hati, menciptakan suatu suasana keriangan dengan cara menggembirakan yang menimbulkan kebanggaan menjadi anggota kelompok tersebut. sasaran diarahkan kepada peristiwa-peristiwa kemampuan manusia yang penuh kelucuan dan kegelian yang sederhana. Media yang paling sering digunakan untuk maksud tersebut adalah seni berceritera atau mendongeng, lebih-lebih cerita yang lucu, jenaka, dan menggelikan.
Kesempatan-kesempatan bagi pembicaraan yang bersifat menghibur atau persahabatan antara lain:
a.       Pidato sambutan selamat datang.
b.      Pidato perpisahan. 
c.       Pidato penampilan, perkenalan.
d.      Pidato atau sambutan dalam pembukaan sesuatu upacara, pemberian ijazah dan lain-lain.
e.       Pidato atau sambutan pada saat-saat memperingati hari jadi, hari ulang tahun.
f.       Pidato atau sambutan penghiburan, pertunjukan, dan lain-lain.
g.      Pidato atau kata-kata pujian tentang seseorang yang telah meninggal dunia.
3.      Berbicara untuk meyakinkan         
Aristoteles pernah mengatakan bahwa “persuasi (bujukan, desakan, peyakinan) adalah seni penanaman alasan-alasan atau motif-motif yang menuntut kearah tindak bebas yang konsekuen”.
Persuasi merupakan tujuan kalau kita mengingatkan tindakan atau aksi, pembicaraan yang bersifat persuasif disampaikan kepada penggemar bila kita menginginkan penampilan suatu tindakan. Tindakan-tindakan serupa itu mungkin merupakan penerimaan suatu pendirian, pungutan atau pengapdosian seperangkat prinsip, atau tindakan pelaksanaan, tugas-tugas tertentu serupa itu.
4.      Berbicara untuk merundingkan
Berbicara untuk merudingkan pada dasarnya bertujuan untuk membuat sejumlah keputusan dan rencana, keputusan-keputusan itu dapat menyangkut hakekat tindakan-tindakan masa lalu atau sifat dan hakekat tindakan-tindakan masa akan datang. Dalam suatu pemeriksaan, pengadilan mencoba menentukan apakah seseorang itu tidak bersalah atau bersalah terhadap tindakannya pada masa lalu sehingga mungkin saja mengambil keputusan. Fakta-fakta diteliti dan ditelaah untuk menentukan apakah keputusan itu benar-benar adil atau tidak. Para partisipan berunding dan berembuk membicarakannya sambil mengambil nasihat, serta mempertimbangkan fakta-fakta yang dikemukakan untuk diambil suatu kebijakan yang bersifat intelektual.

B.     Faktor-Faktor Penunjang Keefektifan Berbicara

Kemampuan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi untuk berekspresi, menyampaikan pikiran dan gagasan, agar dapat menyampaikan informasi dengan efektif, pembicara sebaiknya betul-betul memahami isi pembicaraanya.
Untuk dapat menjadi pembicara yang baik, seorang pembicara harus memberikan kesan bahwa ia menguasai topik yang dibicarakan, selain itu pembicara harus berbicara dengan jelas dan tepat. Beberapa faktor yang harus diperhatikan oleh pembicara untuk keefektifan yaitu:    
1.      Faktor kebahasaan
a.       Ketepatan ujaran
b.      Penempatan tekanan, nada, seni dan durasi yang sesuai
c.       Pilihan kata
d.      Ketepatan sasaran pembicaraan.
2.      Faktor nonkebahasaan
  1. Sikap yang wajar, tenang dan tidak kaku
  2. Pandangan harus diarahkan kepada lawan bicara
  3. Kesediaan menghargai pendapat orang lain
  4. Gerak-gerak dan mimik yang tepat
  5. Kenyaringan suara yang sangat mentukan   
  6. Kelancaran
  7. Relevansi/penalaran
  8. Penguasaan topik
3.      Faktor penyimak
4.      Faktor lingkungan

C.    Beberapa Masalah dalam Mencapai Kepasihan Berbicara bagi Siswa  

 

1.      Rintangan
Tidak seperti membaca, menulis dan menyimak, berbicara memerlukan beberapa tingkatan waktu pembukaan yang jelas kepada pendengar, pembelajar sering mendapat rintangan untuk percobaan dalam mengetahui nyatakan sesuatu dengan bahasa asing di kelas, kecemasan untuk membuat kesalahan-kesalahan, takut akan kritikan atau kehilangan muka.
2.      Tidak ada bahan yang dapat disampaikan
Kendati pun mereka tidak dihalangi, anda sering mendengar pembelajar mengeluh  bahwa mereka tidak dapat berfikir sesuatu, mereka tidak memiliki motivasi untuk mengekspresikan diri, mereka sendiri memiliki perasaan bersalah mereka untuk berbicara.  
3.      Partisipasi yang rendah atau tidak seimbang
Hanya satu peserta yang dapat berbicara pada suatu waktu, jika dia menjadi pendengar di dalam suatu kelompok yang besar. Ini berarti, bahwa setiap orang memiliki waktu yang sedikit untuk berbicara. Masalah ini ditambah oleh tendensi dari beberapa pembelajar untuk mendominasi ketika yang lain berbicara.  
4.       Penggunaan bahasa ibu
belajar di dalam kelas oleh sejumlah pembelajar, bahasa ibu mempunyai beberapa andil, yang mungkin mereka cenderung menggunakannya. Jika mereka berbicara dengan  bahasa ibu, dalam kelompok kecil, maka menjadi sangat sukses untuk mendapatkan pembelajaran, tetapi kurang disiplin untuk menjaga tujuan bahasa (Ur penny, 1996 :121).

D.    Metode Pembelajaran Berbicara

Metode pengajaran berbicara yang baik selalu memenuhi kriteria. Kriteria itu berkaitan dengan tujuan, bahan, pembinaan keterampilan proses, dan pengalaman belajar. Kriteria yang harus dipenuhi oleh metode pembelajaran berbicara antara lain, adalah:
1.      Relevan dengan tujuan pembelajaran
2.      Mengetahui memudahkan siswa memahami materi pengajaran
3.      Dapat mewujudkan pengalaman belajar yang telah dirancang
4.      Meransang siswa untuk belajar
5.      Mengembangkan siswa untuk belajar
6.      Mengembangkan kreativitas siswa
7.      Tidak menuntut peralatan yang rumit
8.      Mudah dilaksanakan
9.      Menciptakan suasana belajar-mengajar yang menyenangkan.
Cara guru mengajar sangat berpengaruh kepada cara siswa belajar. Bila guru mengajar hanya melalui metode ceramah saja, maka dapat diduga hasil berupa pemahaman materi yang bersifat teoritis. Taraf kesiapan siswa dalam belajar di kelas rendah kadar CBSA-nya. Mengajar keterampilan berbicara hendaknya jangan sampai tenggelam dalam penyakit lama, penyakit secara rutin, monoton, tanpa variasi (Budinuryanta dan kawan-kawan, 1997:10. 25).
Penulis menyajikan sejumlah metode pembelajaran berbicara, setiap metode akan diuraikan, sehingga mudah dipahami, dan dihayati serta dapat dipraktekkan dalam pengajaran berbicara di sekolah.
a.       Ulang ucap
Metode ucapan adalah suara guru atau rekaman suara guru, model pengucapan yang diperdengarkan kepada siswa harus dipersiapkan dengan teliti. Suara guru harus jelas, intonasi cepat, dan kecepatan berbicara normal. Model ucapan diperdengarkan di depan kelas, siswa mengajarkan dengan teliti lalu mengucapkan kembali sesuai dengan model.
b.      Lihat dan ucapkan
Guru memperlihatkan kepada siswa benda tertentu kemudian siswa menyebutkan nama benda tersebut, benda-benda yang diperlihatkan dipilih dengan cermat disesuaikan dengan lingkungan siswa, bila bendanya tidak ada atau tidak memungkinkan di bawah kelas, benda tersebut dapat diganti oleh tiruannya atau gambarnya.
c.       Memeriksa/mendeskripsikan   
Siswa disuruh memperlihatkan suatu benda atau gambar benda, kesibukan lalu lintas, melihat pemadangan atau gambaran diteliti, kemudian siswa diminta memeriksa apa yang dilihatnya secara lisan.


d.      Pertanyaan Menggali
Salah satu cara membuat banyak berbicara adalah pertanyaan menggali, disamping memancing siswa berbicara, pertanyaan menggali juga digunakan untuk menilai kedalaman dan keluasan pemahaman siswa terhadap sesuatu masalah.
e.       Melanjutkan cerita
Dua, tiga atau empat siswa bersama-sama menyusun cerita secara spontan, kadang-kadang guru boleh juga terlibat dalam kegiatan tersebut, misalnya guru menguasai cerita dan cerita itu dilanjutkan siswa pertama, kedua, dan diakhiri dengan siswa berikutnya.
f.       Menceritakan kembali    
Guru menyediakan bahan yang agak panjang. Bahan itu diberikan kepada siswa untuk dibaca dan dipahami. Kemudian siswa disuruh menceriterakan kembali isi bacaan yang dibacanya.
g.      Percakapan
Percakapan adalah pertukaran pikiran atau pendapat mengenai sesuatu topik antara dua atau lebih pembicara (Greene & Patty dalam Budinuryanta, 1997: 10.32). Dalam percakapan ada dua kegiatan, yakni menyimak dan berbicara silih berganti, suasana dalam percakapan biasanya akrab, spontan, dan wajar. Topik pembicaraan adalah hal yang diminati bersama. Percakapan merupakan suasana pengembangan keterampilan berbicara.
h.      Parafrase
Parafrase berarti alih bentuk, misalnya memproseskan isi atau sebaliknya mempuisikan prosa, bila seorang siswa dapat memprosakan suatu puisi dengan baik berarti siswa tersebut dapat mengekspresikan isi puisi tersebut, secara lisan. Puisi yang akan diperafrasekan dapat dipilih oleh guru agar sesuai dengan kemampuan siswanya.
i.        Reka cerita Gambar
Siswa dapat dipancing berbicara melalui stumulus gambar, guru mempersiapkan gambar benda tertentu seperti binatang, tumbuh-tumbuhan, mobil, kereta api, kapal, dan sebagainya, gambar itu dapat pula sketsa di pasar, stasiun, di sawah, pertokoan, dan sebagainya. Siswa diinstruksikan mengamati dan memperhatikan gambar tersebut, hasil pengamatan itu kemudian diungkapkan secara lisan.
j.        Berceritera
Berceritera atau menceritakan suatu ceritera tertentu di depan umum menuntut keterampilan berbicara, gaya berceritera yang menarik, intonasi yang tepat, pengurutan  cerita yang cocok harus dikuasai  benar-benar.
Pertama-tama siswa disuruh memilih cerita yang menarik bagi dirinya dan bagi pendengarnya. Kemudian siswa menguasai isi dan jalan cerita atau menghafalkan cerita itu, setelah itu baru siswa berceritera di depan pendidikan dengarnya. Melalui kegiatan berceritera siswa mengembangkan keterampilan berbicara.       
k.      Bermain peran
 Teknik bermain peran sangat baik dalam mendidik siswa dalam menggunakan ragam-ragam bahasa, cara berbicara orang tua tentu berbeda dengan cara anak-anak berbicara. Cara penjual berbicara berbeda pula dengan cara berbicara pembeli.
Dalam bermain peran, siswa bertindak, berlaku, dan berbahasa sesuai dengan peran orang yang diperankannya. Misalnya sebagai guru, orang tua, polisi, hakim, dokter, dan sebagainya. Setiap tokoh  yang diperankan karakteristik tertentu pula.
l.        Wawancara
Wawancara atau intervieu adalah percakapan dalam bentuk tanya-jawab. Wawancara dapat digunakan sebagai metode pengajaran berbicara. Pada hakekatnya wawancara adalah bentuk kelanjutan dari percakapan. Percakapan dan tanya jawab sudah biasa digunakan sebagai metode pengajaran berbicara.
m.    Diskusi
Diskusi ialah proses pelibatan dua atau lebih individu yang berinteraksi secara verbal tatap muka, mengenai tujuan yang sudah tentu melalui cara tukar menukar informasi untuk memecahkan masalah (Kim dalam Budinuryanta dan kawan-kawan, 1997:10.40). Pada hakikatnya diskusi adalah percakapan dalam bentuk lanjut, cara, isi, dan bobot pembicaraan lebih tinggi atau lebih kompleks dari percakapan biasa, berdiskusi berjenis-jenis, misalnya diskusi meja bundar, diskusi kelompok, diskusi panel, simposium, kolom debat, dan lain-lain.
n.      Dramatisasi
Dramatisasi atau bermain drama adalah mentaskan lakon atau cerita. Biasanya cerita yang dilakonkan sudah dalam bentuk drama. Guru dan siswa harus mempersiapkan naskah atau skenario, perilaku, perlengkapan, seperti pakaian, ruangan, dan peralatan lainnya yang diperlukan. Melalui teknik dramatisasi siswa dilatih mengekspresikan  pikirannya dalam bentuk lisan.

E.  Memilih Topik untuk Diskusi
Dalam memilih topik untuk diskusi setelah kelompok terbentuk barulah dilakukan persiapan-persiapan berikut:
1.      Setiap kelompok menunjuk salah seorang anggotanya menjadi pemimpin diskusi atau moderator dan seorang sebagai notulis.
2.      Menentukan topik yang akan didiskusikan. Hal ini juga dapat diarahkan oleh pengajar, misalnya pengajar menentukan temanya, kemudian tiap kelompok menentukan topiknya. Dalam hal ini ada dua kemungkinan. Pertama, dalam diskusi spontan yang tidak memerlukan persiapan, topik pembicaraan biasanya  hal-hal yang sedang hangat dibicarakan dalam masyarakat. Misalnya: tentang banjir yang melanda ibu kota, tentang perampokan yang disertai pembunuhan, dan lain-lain. Dalam hal ini bahan pada umumnya sudah merupakan pengetahuan umum siswa/mahasiswa. Lain halnya dengan diskusi yang memerlukan persiapan. Dalam memilih topik, harus diperhatikan syarat-syarat sebagai berikut:
a.       Tidak terlalu asing bagi peserta diskusi, artinya sudah diketahui serba sedikit dan ada kemungkinan untuk memperoleh bahan.
b.      Menarik untuk didiskusikan. Topik yang menarik akan menimbulkan kegairahan peserta untuk berdiskusi. Ini merupakan modal utama bagi kelompok untuk melibatkan pendengarannya. Topik akan menarik bila:
-          Menyangkut masalah bersama
-          Merupakan jalan keluar dari masalah yang sedang dihadapi
-          Mengandung konflik pendapat
-          Tidak melampau daya tangkap anggota atau sebaliknya tidak terlalu mudah
-          Dapat diselesaikan dalam waktu tertentu.
c.       Topik jangan terlalu luas. Bagaimana cara mendapatkan topik yang terbatas sudah dibicarakan dalam bab sebelumnya.
d.      Topik hendaknya bermanfaat untuk didiskusikan sehingga dapat menumbuhkan minat para peserta.
e.       Kemudian topik yang dipilih disetujui oleh semua anggota diskusi. Dalam hal ini sebaiknya dimusyawarahkan.
3.     Merumuskan tujuan yang hendak dicapai sesuai dengan topik yang dipilih, penentuan tujuan ini  sangat penting karena akan menentukan bahan yang dibutuhkan dan bagaimana pula kerangkanya.
4.      Langkah selanjutnya adalah mengumpulkan bahan. Setiap anggota harus aktif mencari bahan. Bahan ini mungkin diperoleh melalui pengamatan langsung, mungkin dengan wawancara dan sebelumnya tentu setiap anggota sudah mencari bahan dengan membaca buku, majalah, atau surat kabar. Berbagai sumber dapat dijadikan sebagai sumber informasi. Data ini pun sebaiknya dicatat dalam kartu informasi.
5. Langkah berikutnya adalah menyusun kerangka. Kerangka merupakan topik yang dipecah menjadi sub-subtopik. Kerangka ini sangat perlu sebagai pedoman dalam berbicara, sehingga pembicaraan dapat menjadi teratur dan sistematis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar