BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial, sebagai anggota masyarakat, maka setiap
individu dituntut terampil berkomunikasi, terampil menyatakan pikiran, gagasan,
ide, dan perasaan, manusia dalam kehidupan sehari-hari dituntut untuk terampil
berbicara baik itu di luar atau di dalam lingkungan keluarga.
Untuk memiliki kemampuan berbicara tidaklah semudah yang dibayangkan,
banyak ahli terampil menuangkan gagasannya dalam bentuk tulisan namun sering
mereka tidak terampil menyajikan secara lisan. Maidar dan Mukti (1988:1)
menyatakan bahwa kemampuan berbicara merupakan salah satu kemampuan berbahasa
yang perlu dimiliki oleh siapa saja.
Berbicara dalam sirtuasi formal dengan menggunakan bahasa Indonesia yang
baik dan benar memerlukan latihan dan bimbingan yang intensif oleh guru dan
dosen. Mahasisiwa sebagai calon ilmuan yang sering terlibat dalam kegiatan
formal, misalnya bertanya dalam kelas, berdiskusi, berseminar, berceramah dan
berpidato.
Dalam proses belajar mengajar seorang mahasiswa, pelajar dituntut
kemampuannya untuk mengemukakan pendapatnya secara lisan, tentunya diharapkan
pembicaraannya, terarah, berwawasan dan bermakna. Tarigan dan tarigan (1988:88)
mengatakan bahwa keterampilan berbicara dan kepemimpinan saling mempengaruhi.
Orang pintar yang berbicara cenderung maju ke depan. Ia juga cepat menarik
perhatian orang. Ia pun mudah berhubungan dan bekerjasama dengan orang lain,
apabila seseorang terampil berbicara, maka dapatlah menguasai massa . Pemahaman tentang segala aspek yang
berkaitan dengan keterampilan berbicara perlu dilakukan dalam dunia pendidikan,
lebih khusus lagi mengenai pembelajaran berbicara.
B. Permasalahan
Berdasarkan uraian tersebut, maka rumusan permasalahannya adalah:
1.
Apakah yang dimaksud berbicara?
2.
Faktor apakah yang menunjang keefektifan berbicara?
3.
Apa sajakah yang mempengaruhi kepasihan berbicara?
4.
Metode apakah yang digunakan dalam pembelajaran
berbicara?
5.
Bagimanakah memilih topik untuk diskusi?
C. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penyusunan makalah ini
adalah:
1.
Mengemukakan definisi berbicara.
2.
Menguraikan faktor yang menunjang keefektifan berbicara.
3.
Menguraikan hal yang mempengaruhi kepasihan berbicara.
4.
Menyampaikan berbagai metode yang dapat digunakan dalam
pembelajaran berbicara.
5.
Menguraikan bagaimana memilih topik untuk diskusi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Tujuan Berbicara
Berbicara adalah keterampilan menyampaikan gagasan kepada orang lain
dengan menggunakan media yang berupa simbol-simbol fonetik (Ahmad, 1998:4.10).
Oleh karena itu, simbol-simbol fonetis yang merupakan perangkat bunyi-bunyi
yang bermakna, maka keterampilan menghasilkan simbol-simbol fonetis saja itu
masih belum cukup.
Berbicara adalah proses berpikir dan bernalar. Jadi pengajaran berbicara
dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar.
Berbicara yang dilakukan manusia mempunyai tujuan tertentu. Manusia tidak
melakukan kegiatan berbicara jika tidak ada tujuan tertentu yang disampaikan
kepada orang lain. Tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar
dapat menyampaikan pikiran secara, efektif, maka seyogianyalah pembicara
memahami makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan. Pembicara harus mampu
mengevaluasi efek komunikasinya terhadap (para) pendengar.
Sebagai alat sosial ataupun sebagai alat perusahaan maupun profesional,
pada dasarnya berbicara mempunyai tiga tujuan umum.
1. Berbicara untuk melaporkan, untuk memberikan informasi
dilaksanakan kalau seorang berkeinginan untuk :
- memberi dan menanamkan pengetahuan
- menetapkan atau menentukan hubungan-hubungan antara benda-benda
- menerangkan atau menjelaskan suatu proses
- menginterpretasikan atau menafsirkan sesuatu persetujuan ataupun penguraian sesuatu tulisan.
2.
Berbicara untuk menghibur.
- Tidak ada kegiatan manusia yang lebih menyenangkan yang telah ditemukan daripada hiburan atau pertunjukan kelompok. Di dalam sesuatu yang menggembirakan yang dapat dinikmati bersama serta dapat mneninggalkan kesenangan pribadi.
Menghibur adalah membuat orang tertawa dengan hal-hal
yang dapat menyenangkan hati, menciptakan suatu suasana keriangan dengan cara
menggembirakan yang menimbulkan kebanggaan menjadi anggota kelompok tersebut.
sasaran diarahkan kepada peristiwa-peristiwa kemampuan manusia yang penuh
kelucuan dan kegelian yang sederhana. Media yang paling sering digunakan untuk
maksud tersebut adalah seni berceritera atau mendongeng, lebih-lebih cerita
yang lucu, jenaka, dan menggelikan.
Kesempatan-kesempatan bagi pembicaraan yang bersifat
menghibur atau persahabatan antara lain:
a.
Pidato sambutan selamat datang.
b.
Pidato perpisahan.
c.
Pidato penampilan, perkenalan.
d.
Pidato atau sambutan dalam pembukaan sesuatu upacara,
pemberian ijazah dan lain-lain.
e.
Pidato atau sambutan pada saat-saat memperingati hari
jadi, hari ulang tahun.
f.
Pidato atau sambutan penghiburan, pertunjukan, dan
lain-lain.
g.
Pidato atau kata-kata pujian tentang seseorang yang
telah meninggal dunia.
3.
Berbicara untuk meyakinkan
Aristoteles pernah mengatakan bahwa “persuasi
(bujukan, desakan, peyakinan) adalah seni penanaman alasan-alasan atau
motif-motif yang menuntut kearah tindak bebas yang konsekuen”.
Persuasi merupakan tujuan kalau kita mengingatkan
tindakan atau aksi, pembicaraan yang bersifat persuasif disampaikan kepada
penggemar bila kita menginginkan penampilan suatu tindakan. Tindakan-tindakan
serupa itu mungkin merupakan penerimaan suatu pendirian, pungutan atau pengapdosian
seperangkat prinsip, atau tindakan pelaksanaan, tugas-tugas tertentu serupa
itu.
4.
Berbicara untuk merundingkan
Berbicara untuk
merudingkan pada dasarnya bertujuan untuk membuat sejumlah keputusan dan
rencana, keputusan-keputusan itu dapat menyangkut hakekat tindakan-tindakan
masa lalu atau sifat dan hakekat tindakan-tindakan masa akan datang. Dalam
suatu pemeriksaan, pengadilan mencoba menentukan apakah seseorang itu tidak
bersalah atau bersalah terhadap tindakannya pada masa lalu sehingga mungkin saja
mengambil keputusan. Fakta-fakta diteliti dan ditelaah untuk menentukan apakah
keputusan itu benar-benar adil atau tidak. Para
partisipan berunding dan berembuk membicarakannya sambil mengambil nasihat,
serta mempertimbangkan fakta-fakta yang dikemukakan untuk diambil suatu
kebijakan yang bersifat intelektual.
B. Faktor-Faktor Penunjang Keefektifan
Berbicara
Kemampuan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi
untuk berekspresi, menyampaikan pikiran dan gagasan, agar dapat menyampaikan informasi
dengan efektif, pembicara sebaiknya betul-betul memahami isi pembicaraanya.
Untuk dapat menjadi pembicara yang baik, seorang pembicara harus
memberikan kesan bahwa ia menguasai topik yang dibicarakan, selain itu
pembicara harus berbicara dengan jelas dan tepat. Beberapa faktor yang harus
diperhatikan oleh pembicara untuk keefektifan yaitu:
1.
Faktor kebahasaan
a.
Ketepatan ujaran
b.
Penempatan tekanan, nada, seni dan durasi yang sesuai
c.
Pilihan kata
d.
Ketepatan sasaran pembicaraan.
2.
Faktor nonkebahasaan
- Sikap yang wajar, tenang dan tidak kaku
- Pandangan harus diarahkan kepada lawan bicara
- Kesediaan menghargai pendapat orang lain
- Gerak-gerak dan mimik yang tepat
- Kenyaringan suara yang sangat mentukan
- Kelancaran
- Relevansi/penalaran
- Penguasaan topik
3.
Faktor penyimak
4.
Faktor lingkungan
C. Beberapa Masalah dalam Mencapai Kepasihan Berbicara bagi Siswa
1.
Rintangan
Tidak seperti membaca, menulis dan menyimak, berbicara
memerlukan beberapa tingkatan waktu pembukaan yang jelas kepada pendengar,
pembelajar sering mendapat rintangan untuk percobaan dalam mengetahui nyatakan
sesuatu dengan bahasa asing di kelas, kecemasan untuk membuat
kesalahan-kesalahan, takut akan kritikan atau kehilangan muka.
2.
Tidak ada bahan yang dapat disampaikan
Kendati pun mereka tidak dihalangi, anda sering
mendengar pembelajar mengeluh bahwa
mereka tidak dapat berfikir sesuatu, mereka tidak memiliki motivasi untuk
mengekspresikan diri, mereka sendiri memiliki perasaan bersalah mereka untuk
berbicara.
3.
Partisipasi yang rendah atau tidak seimbang
Hanya satu peserta yang dapat berbicara pada suatu
waktu, jika dia menjadi pendengar di dalam suatu kelompok yang besar. Ini
berarti, bahwa setiap orang memiliki waktu yang sedikit untuk berbicara.
Masalah ini ditambah oleh tendensi dari beberapa pembelajar untuk mendominasi
ketika yang lain berbicara.
4.
Penggunaan
bahasa ibu
belajar di dalam kelas oleh
sejumlah pembelajar, bahasa ibu mempunyai beberapa andil, yang mungkin mereka
cenderung menggunakannya. Jika mereka berbicara dengan bahasa ibu, dalam kelompok kecil, maka
menjadi sangat sukses untuk mendapatkan pembelajaran, tetapi kurang disiplin
untuk menjaga tujuan bahasa (Ur penny, 1996 :121).
D. Metode Pembelajaran Berbicara
Metode pengajaran berbicara yang baik selalu memenuhi kriteria. Kriteria
itu berkaitan dengan tujuan, bahan, pembinaan keterampilan proses, dan
pengalaman belajar. Kriteria yang harus dipenuhi oleh metode pembelajaran
berbicara antara lain, adalah:
1.
Relevan dengan tujuan pembelajaran
2.
Mengetahui memudahkan siswa memahami materi pengajaran
3.
Dapat mewujudkan pengalaman belajar yang telah
dirancang
4.
Meransang siswa untuk belajar
5.
Mengembangkan siswa untuk belajar
6.
Mengembangkan kreativitas siswa
7.
Tidak menuntut peralatan yang rumit
8.
Mudah dilaksanakan
9.
Menciptakan suasana belajar-mengajar yang menyenangkan.
Cara guru mengajar sangat berpengaruh kepada cara
siswa belajar. Bila guru mengajar hanya melalui metode ceramah saja, maka dapat
diduga hasil berupa pemahaman materi yang bersifat teoritis. Taraf kesiapan
siswa dalam belajar di kelas rendah kadar CBSA-nya. Mengajar keterampilan
berbicara hendaknya jangan sampai tenggelam dalam penyakit lama, penyakit
secara rutin, monoton, tanpa variasi (Budinuryanta dan kawan-kawan, 1997:10.
25).
Penulis menyajikan sejumlah metode pembelajaran
berbicara, setiap metode akan diuraikan, sehingga mudah dipahami, dan dihayati
serta dapat dipraktekkan dalam pengajaran berbicara di sekolah.
a.
Ulang ucap
Metode ucapan adalah suara
guru atau rekaman suara guru, model pengucapan yang diperdengarkan kepada siswa
harus dipersiapkan dengan teliti. Suara guru harus jelas, intonasi cepat, dan
kecepatan berbicara normal. Model ucapan diperdengarkan di depan kelas, siswa
mengajarkan dengan teliti lalu mengucapkan kembali sesuai dengan model.
b.
Lihat dan ucapkan
Guru memperlihatkan kepada
siswa benda tertentu kemudian siswa menyebutkan nama benda tersebut,
benda-benda yang diperlihatkan dipilih dengan cermat disesuaikan dengan
lingkungan siswa, bila bendanya tidak ada atau tidak memungkinkan di bawah
kelas, benda tersebut dapat diganti oleh tiruannya atau gambarnya.
c.
Memeriksa/mendeskripsikan
Siswa
disuruh memperlihatkan suatu benda atau gambar benda, kesibukan lalu lintas,
melihat pemadangan atau gambaran diteliti, kemudian siswa diminta memeriksa apa
yang dilihatnya secara lisan.
d.
Pertanyaan Menggali
Salah
satu cara membuat banyak berbicara adalah pertanyaan menggali, disamping
memancing siswa berbicara, pertanyaan menggali juga digunakan untuk menilai
kedalaman dan keluasan pemahaman siswa terhadap sesuatu masalah.
e.
Melanjutkan cerita
Dua,
tiga atau empat siswa bersama-sama menyusun cerita secara spontan,
kadang-kadang guru boleh juga terlibat dalam kegiatan tersebut, misalnya guru
menguasai cerita dan cerita itu dilanjutkan siswa pertama, kedua, dan diakhiri
dengan siswa berikutnya.
f.
Menceritakan kembali
Guru
menyediakan bahan yang agak panjang. Bahan itu diberikan kepada siswa untuk
dibaca dan dipahami. Kemudian siswa disuruh menceriterakan kembali isi bacaan
yang dibacanya.
g.
Percakapan
Percakapan
adalah pertukaran pikiran atau pendapat mengenai sesuatu topik antara dua atau
lebih pembicara (Greene & Patty dalam Budinuryanta, 1997: 10.32). Dalam
percakapan ada dua kegiatan, yakni menyimak dan berbicara silih berganti,
suasana dalam percakapan biasanya akrab, spontan, dan wajar. Topik pembicaraan
adalah hal yang diminati bersama. Percakapan merupakan suasana pengembangan
keterampilan berbicara.
h.
Parafrase
Parafrase
berarti alih bentuk, misalnya memproseskan isi atau sebaliknya mempuisikan
prosa, bila seorang siswa dapat memprosakan suatu puisi dengan baik berarti
siswa tersebut dapat mengekspresikan isi puisi tersebut, secara lisan. Puisi
yang akan diperafrasekan dapat dipilih oleh guru agar sesuai dengan kemampuan
siswanya.
i.
Reka cerita Gambar
Siswa
dapat dipancing berbicara melalui stumulus gambar, guru mempersiapkan gambar
benda tertentu seperti binatang, tumbuh-tumbuhan, mobil, kereta api, kapal, dan
sebagainya, gambar itu dapat pula sketsa di pasar, stasiun, di sawah,
pertokoan, dan sebagainya. Siswa diinstruksikan mengamati dan memperhatikan
gambar tersebut, hasil pengamatan itu kemudian diungkapkan secara lisan.
j.
Berceritera
Berceritera
atau menceritakan suatu ceritera tertentu di depan umum menuntut keterampilan
berbicara, gaya
berceritera yang menarik, intonasi yang tepat, pengurutan cerita yang cocok harus dikuasai benar-benar.
Pertama-tama
siswa disuruh memilih cerita yang menarik bagi dirinya dan bagi pendengarnya.
Kemudian siswa menguasai isi dan jalan cerita atau menghafalkan cerita itu,
setelah itu baru siswa berceritera di depan pendidikan dengarnya. Melalui
kegiatan berceritera siswa mengembangkan keterampilan berbicara.
k.
Bermain peran
Teknik bermain peran sangat baik dalam
mendidik siswa dalam menggunakan ragam-ragam bahasa, cara berbicara orang tua
tentu berbeda dengan cara anak-anak berbicara. Cara penjual berbicara berbeda
pula dengan cara berbicara pembeli.
Dalam
bermain peran, siswa bertindak, berlaku, dan berbahasa sesuai dengan peran
orang yang diperankannya. Misalnya sebagai guru, orang tua, polisi, hakim,
dokter, dan sebagainya. Setiap tokoh
yang diperankan karakteristik tertentu pula.
l.
Wawancara
Wawancara
atau intervieu adalah percakapan dalam bentuk tanya-jawab. Wawancara dapat
digunakan sebagai metode pengajaran berbicara. Pada hakekatnya wawancara adalah
bentuk kelanjutan dari percakapan. Percakapan dan tanya jawab sudah biasa
digunakan sebagai metode pengajaran berbicara.
m.
Diskusi
Diskusi
ialah proses pelibatan dua atau lebih individu yang berinteraksi secara verbal
tatap muka, mengenai tujuan yang sudah tentu melalui cara tukar menukar
informasi untuk memecahkan masalah (Kim dalam Budinuryanta dan kawan-kawan,
1997:10.40). Pada hakikatnya diskusi adalah percakapan dalam bentuk lanjut,
cara, isi, dan bobot pembicaraan lebih tinggi atau lebih kompleks dari
percakapan biasa, berdiskusi berjenis-jenis, misalnya diskusi meja bundar,
diskusi kelompok, diskusi panel, simposium, kolom debat, dan lain-lain.
n.
Dramatisasi
Dramatisasi atau bermain
drama adalah mentaskan lakon atau cerita. Biasanya cerita yang dilakonkan sudah
dalam bentuk drama. Guru dan siswa harus mempersiapkan naskah atau skenario,
perilaku, perlengkapan, seperti pakaian, ruangan, dan peralatan lainnya yang
diperlukan. Melalui teknik dramatisasi siswa dilatih mengekspresikan pikirannya dalam bentuk lisan.
E. Memilih Topik untuk Diskusi
Dalam memilih topik untuk diskusi setelah kelompok terbentuk barulah
dilakukan persiapan-persiapan berikut:
1.
Setiap kelompok menunjuk salah seorang anggotanya
menjadi pemimpin diskusi atau moderator dan seorang sebagai notulis.
2.
Menentukan topik yang akan didiskusikan. Hal ini juga
dapat diarahkan oleh pengajar, misalnya pengajar menentukan temanya, kemudian
tiap kelompok menentukan topiknya. Dalam hal ini ada dua kemungkinan. Pertama,
dalam diskusi spontan yang tidak memerlukan persiapan, topik pembicaraan
biasanya hal-hal yang sedang hangat
dibicarakan dalam masyarakat. Misalnya: tentang banjir yang melanda ibu kota , tentang perampokan
yang disertai pembunuhan, dan lain-lain. Dalam hal ini bahan pada umumnya sudah
merupakan pengetahuan umum siswa/mahasiswa. Lain halnya dengan diskusi yang
memerlukan persiapan. Dalam memilih topik, harus diperhatikan syarat-syarat
sebagai berikut:
a.
Tidak terlalu asing bagi peserta diskusi, artinya sudah
diketahui serba sedikit dan ada kemungkinan untuk memperoleh bahan.
b.
Menarik untuk didiskusikan. Topik yang menarik akan
menimbulkan kegairahan peserta untuk berdiskusi. Ini merupakan modal utama bagi
kelompok untuk melibatkan pendengarannya. Topik akan menarik bila:
-
Menyangkut masalah bersama
-
Merupakan jalan keluar dari masalah yang sedang
dihadapi
-
Mengandung konflik pendapat
-
Tidak melampau daya tangkap anggota atau sebaliknya
tidak terlalu mudah
-
Dapat diselesaikan dalam waktu tertentu.
c.
Topik jangan terlalu luas. Bagaimana cara mendapatkan
topik yang terbatas sudah dibicarakan dalam bab sebelumnya.
d.
Topik hendaknya bermanfaat untuk didiskusikan sehingga
dapat menumbuhkan minat para peserta.
e.
Kemudian topik yang dipilih disetujui oleh semua anggota
diskusi. Dalam hal ini sebaiknya dimusyawarahkan.
3. Merumuskan tujuan yang hendak dicapai sesuai dengan
topik yang dipilih, penentuan tujuan ini sangat penting karena akan menentukan
bahan yang dibutuhkan dan bagaimana pula kerangkanya.
4.
Langkah selanjutnya adalah mengumpulkan bahan. Setiap
anggota harus aktif mencari bahan. Bahan ini mungkin diperoleh melalui
pengamatan langsung, mungkin dengan wawancara dan sebelumnya tentu setiap
anggota sudah mencari bahan dengan membaca buku, majalah, atau surat kabar. Berbagai sumber dapat dijadikan
sebagai sumber informasi. Data ini pun sebaiknya dicatat dalam kartu informasi.
5. Langkah berikutnya adalah menyusun kerangka. Kerangka
merupakan topik yang dipecah menjadi sub-subtopik. Kerangka ini sangat perlu
sebagai pedoman dalam berbicara, sehingga pembicaraan dapat menjadi teratur dan
sistematis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar